Selama belajar daring begitu banyak hal yang saya, sebagai guru pelajari. Lewat penugasaan ini saya dibantu untuk menilik kembali paham yang diterapkan saat kelas. Kemudian cara memperlakukan perilaku mayor atau minor dari siswa.
Hal pertama yang saya pelajari di situasi daring ini, adalah cara memaksimalkan siswa agar mengikuti pembelajaran dengan antusias dan tidak membosankan. Kemudian memberikan kepercayaan bagi siswa melakukan pembelajaran mandiri saat sesi asinkronus. Cara saya memastikannya adalah dengan meminta siswa membuat rangkuman. Siswa yang konsisten selain mendapatkan nilai baik, mereka dipuji saat sesi sinkronus. Dari pengamatan saya, terlihat respon positif siswa dengan mengerjakan rangkuman di materi berikutnya dengan sangat baik. Sebaliknya bagi siswa yang belum mengerjakan saya berikan pengertian dan tips mengatur waktu dengan baik.
Hal kedua, di saat siswa mampu mengikuti review pembelajaran dengan aplikasi edukasi menarik. Beberapa siswa terlihat aktif, sedangkan yang lainnya butuh didorong dengan memilih langsung dan memberikan waktunya berpikir. Jadi setiap siswa selalu bersiap- siap untuk dipanggil sewaktu- waktu.
Pembelajaran di atas masih saya terapkan saat kelas daring. Kepekaan sebagai seorang guru dan strategi menyusun pembelajaran yang tepat membantu dalam penerapan di kelas saat berinteraksi dengan siswa. Minggu lalu, pada Mata Kuliah Teori Belajar terjawab sudah bahwa aplikasi nyata yang masih bertahan hingga sekarang ini adalah hasil pemikiran hebat Pavlov dan Skinner, yaitu ;
"Teori Behaviorisme sendiri adalah teori yang mempelajari perilaku manusia. Perspektif behavioral berfokus pada peran dari belajar dalam menjelaskan tingkah laku manusia dan terjadi melalui rangsangan berdasarkan (stimulus) yang menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respons) hukum-hukum mekanistik." (Fahyuni, dkk. 2016. 26- 27)
Sebagai guru saya percaya bahwa Tuhan sudah memberikan kepada kita kemampuan untuk memberikan panduan dan bimbingan kepada siswa. Perubahan akan terjadi bila kita memperlakukan setiap individu dengan penuh penghargaan saat melakukan tindakan yang tepat. Hal ini merupakan positive reinforcement, dengan guru memberikan penjelasan, menguatkan sikap baik tadi. Tetapi kembali lagi, semua itu tergantung motivasi di dalam diri siswa untuk membuat perubahan. Bagi siswa yang tidak terdorong lewat pujian. Guru perlu memberikan negative reinforcement yang tepat pula. Bukan hanya sekedar hukuman tetapi perlu dipikirkan penjelasan, bentuk dan reaksi yang akan ditimbulkan lewat konsep dirinya.
"Manusia memiliki konsep diri merupakan gambaran seseorang mengenai dirinya sendiri yang merupakan gabungan dari keyakinan fisik, psikologis, sosial, emosional, aspirasi dan prestasi yang mereka capai. Konsep diri adalah pandangan individu mengenai siapa diri individu, dan itu bisa diperoleh lewat informasi yang diberikan orang lain kepada individu. " (Elizabeth, Harlock. 1997. 129)
Siswa bahkan sudah sangat mengerti apabila di sesi asinkronus, saat guru melakukan panggilan pribadi dengannya. Mereka percaya bahwa hal ini adalah waktunya berdiskusi. Ini bukti nyata dari classical conditioning. Dimana siswa mendengarkan bunyi dering panggilan dari guru kemudian memberikan respon. Menurut saya, teori behaviorisme akan selalu nyata dalam dunia pendidikan. Banyak hal positif di dalamnya tapi perlu dilengkapi dengan kesadaran penuh oleh guru bahwa siswa adalah individu yang memiliki perubahan mood, pikiran dan perasaan yang tidak dapat terlihat jelas. Kita perlu membangun relasi lebih dalam, dan melibatkan kemampuan observasi yang kuat agar setiap perubahan terpantau dengan baik.
Referensi :
Elizabeth, Harlock. 1997. Psikologi Perkembangan 2. Jakarta: Erlangga