Saya yakin banyak dari kita masih mengingat masa sekolah, di mana salah satu momen yang paling ditakuti adalah razia cukur rambut.Â
Tidak sedikit yang merasa cemas, bahkan takut, saat mendengar kabar bahwa guru akan melakukan pemeriksaan ketat terhadap panjang dan kerapihan rambut.Â
Namun, akhir-akhir ini beberapa video seorang guru yang merazia rambut di sekolah menjadi viral di media sosial.Â
Mulai dari seorang guru yang menggunting rambut panjang di balik jilba siswinya. Hingga berita yang menyampaikan rambut 8 orang siswa dicukur setengah botak.
Pertanyaannya adalah, apakah razia cukur rambut di sekolah benar-benar efektif dalam menciptakan disiplin dan kerapihan di kalangan siswa?Â
Bagaimana dampak psikologisnya pada anak-anak? Artikel ini akan mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan melibatkan perspektif psikologi anak dan pendidikan.
Dampak Psikologis pada Anak
Razia cukur rambut di sekolah dapat memengaruhi psikologis anak-anak secara beragam. Menurut teori psikologi perkembangan, seperti yang diusulkan oleh Jean Piaget, anak-anak berada dalam tahap perkembangan kognitif yang berbeda-beda.Â
Beberapa anak mungkin mengalami perasaan malu yang mendalam ketika terkena razia ini.
Mereka merasa dipermalukan di depan teman-teman sekelasnya, dan ini dapat berdampak pada kepercayaan diri mereka.Â