Mohon tunggu...
Rifan Eka Putra Nasution
Rifan Eka Putra Nasution Mohon Tunggu... Dokter - Sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi yang lain

Dokter, Penulis, Pembicara Publik, dan Penikmat Kopi. Tulisan lainnya dapat dilihat di whitecoathunter.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Razia Cukur Rambut di Sekolah: Dampak Psikologis Anak dan Alternatifnya

8 September 2023   21:28 Diperbarui: 18 September 2023   00:15 1082
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Razia Cukur Rambut (Sumber: Photo by Nikolaos Dimou; pexels.com)

Saya yakin banyak dari kita masih mengingat masa sekolah, di mana salah satu momen yang paling ditakuti adalah razia cukur rambut. 

Tidak sedikit yang merasa cemas, bahkan takut, saat mendengar kabar bahwa guru akan melakukan pemeriksaan ketat terhadap panjang dan kerapihan rambut. 

Namun, akhir-akhir ini beberapa video seorang guru yang merazia rambut di sekolah menjadi viral di media sosial. 

Mulai dari seorang guru yang menggunting rambut panjang di balik jilba siswinya. Hingga berita yang menyampaikan rambut 8 orang siswa dicukur setengah botak.

Pertanyaannya adalah, apakah razia cukur rambut di sekolah benar-benar efektif dalam menciptakan disiplin dan kerapihan di kalangan siswa? 

Bagaimana dampak psikologisnya pada anak-anak? Artikel ini akan mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan melibatkan perspektif psikologi anak dan pendidikan.

Dampak Psikologis pada Anak

Razia cukur rambut di sekolah dapat memengaruhi psikologis anak-anak secara beragam. Menurut teori psikologi perkembangan, seperti yang diusulkan oleh Jean Piaget, anak-anak berada dalam tahap perkembangan kognitif yang berbeda-beda. 

Beberapa anak mungkin mengalami perasaan malu yang mendalam ketika terkena razia ini.

Ilustrasi Psikologi Anak (Sumber: Photo by Tima Miroshnichenko; pexels.com)
Ilustrasi Psikologi Anak (Sumber: Photo by Tima Miroshnichenko; pexels.com)

Mereka merasa dipermalukan di depan teman-teman sekelasnya, dan ini dapat berdampak pada kepercayaan diri mereka. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun