Bukan tentang mistis, hanya karena ironis, melihat nasib para pengemudi ojek daring, atau yg lebih dikenal dengan istilah Ojol (Ojek Online).
Ada beberapa istilah di kalangan para pengemudi yg perlu pembaca ketahui.Â
Gacor, Ngebles, dan Tuyul.
Untuk istilah lainnya mungkin mbah google akan lebih lihai menjelaskan. Tetapi istilah yg terakhir diatas, sungguh sangat mengecewakan bagi para penumpang, juga sebagian pengemudi yg jujur dan tulus dalam bekerja.
Tuyul adalah istilah aplikasi bagi para driver Ojol yang sudah dimodifikasi. Aplikasi tersebut dapat memalsukan lokasi pengemudi. Fake GPS, istilah yg lebih dikenal masyarakat luas untuk itu.
Bukan hanya tentang lokasi, terkadang Tuyul dapat membuat akun penggunanya menjadi prioritas dalam persaingan mendapatkan pesanan pelanggan. Jika pengguna Tuyul berkumpul dengan para pengemudi lainnya, pesanan akan masuk lebih dahulu ke dalam akun si pengguna Tuyul. Sehingga pengguna Tuyul kerap ditemukan duduk bersantai, menyeruput segelas kopi, sembari meletakkan lokasi pada titik yang ramai pesanan.Â
Kerugian banyak dirasakan pelanggan yang menunggu lama, karena lokasi pengemudi sesungguhnya tidak sesuai dengan lokasi  pelanggan. Kerugian pun dirasakan para pengemudi jujur nan tulus yang telah lelah berkeliling mencari pesanan--tentunya karena kalah bersaing dengan Tuyul jika hanya menunggu di satu titik, sekalipun area tersebut ramai pesanan.
Bagi aplikasi negara tetangga, hal ini tidak dapat ditolerir. Hukuman tegas menanti bagi para pengemudi yang melanggar. Namun untuk aplikasi lokal, hal ini seolah dibiarkan menjamur tak terkendali.
Kegigihan, kemajuan, semangat, dan beragam hal positif yang dipromosikan oleh aplikasi lokal seolah luntur di lapangan. Kemalasan, keluhan, haus akan keuntungan maksimal dengan usaha minimal, dan hal negatif lainnya terjadi di lapangan.
Aplikasi lokal seolah tidak mempedulikan maraknya tuyul berkeliaran mencuri pendapatan para pekerja jujur. Bahkan tanda-tanda akan munculnya sanksi tegas pun belum nampak.
Para pejuang kejujuran masih terus berkeliling dengan harapan yang semakin menipis, sementara para pemalas haus laba merajalela di pojok-pojok keramaian. Meraup dengan santainya. Mengeluh dengan emosinya.