Sosialisasi yang dilakukan oleh tim KKN UMD 323 bersama petani desa Paguan, sedangkan waktu pelaksanaannya dilakukan pada pagi dan sore hari di tanggal 18 Agustus 2022. Acara dilakukan di lahan sawah milik salah satu tokoh masyarakat yang memiliki tandon air, sedangkan lahan disekitar rata-rata ditanami oleh polikultur antara tembakau-cabai, tembakau-terong, tembakau-tomat, dan tebu. Sosialisasi ini bertujuan sebagai pemecah masalah yang dihadapi oleh sebagian besar petani desa Paguan, seperti serangan hama dan penyakit serta harga pupuk dan pestisida yang mahal. Oleh karena itu, kami membuat alternatif dengan tiga cara, yakni : penanaman tanaman refugia, pengaplikasian pestisida nabati, dan pengaplikasian Pupuk Organik Cair (POC).
      Menurut Hidayah (2018) refugia adalah intervensi lingkungan dengan tanaman bunga sebagai mikrohabitat bagi musuh alami (predator dan parasitoid), penyedia makanan dan perlindungan karena dapat digunakan untuk inang alternatif. Tanaman kenikir sulfur (Cosmos sulphureus) dan tanaman kembang kertas (Zinnia elegans) menjadi salah satu tanaman refugia yang dikenal mampu menurunkan populasi hama seperti:
- wereng (Nilaparvata lugens),
- walang sangit (Leptocorisa oratorius),
- lalat pengorok daun (Liriomyza sp.),
- lalat buah (Bactrocera),
- tungau (Mite),
- orong-orong (Gryllotalpidae),
- kutu kebul (Bemisia tabaci),
- thrips (Thysanoptera).
Hal ini disebabkan tanaman refugia menjadi rumah singgah bagi serangga polinator dan predator hama seperti:
- Hemiptarsenus varicornis,Â
- E.argenteopilosus,
- Â M.sexmaculatus,
- Araneae. Â
Pemilihan kedua jenis refugia tersebut menjadi hal yang cocok untuk menghalau hama pada tanaman cabai, tomat, tembakau, dan terong, serta cocok untuk jenis tanaman lain seperti padi pada musim tanam berikutnya (Harahap., et.al., 2021 ; Fatimah., et.al., 2022).
Pengendalian populasi hama tidak hanya dilakukan dengan penanaman refugia, namun juga pengaplikasian pestisida nabati. Pemilihan bahan pestisida menjadi pertimbangan utama dalam merancang program kerja tim KKN UMD 323, dimana harga pestisida yang mahal dan residunya yang dapat merusak lingkungan. Oleh karena itu, kami memilih beberapa bahan seperti tembakau kering, kulit bawang merah, dan larutan kombinasi (daun pepaya, daun sirsak, serai, lidah buaya, dan bawang putih). Hasilnya, petani lebih menyukai larutan kombinasi yang dinilai bahannya mudah diperoleh dan dapat menjadi insektisida, fungisida, repelent, antibiotik tanaman, bakterisida, rhodentisida, nematisida, dan anti-feeden.
Pupuk Organik Cair (POC) juga menjadi topik yang menjadi daya tarik petani terhadap program kerja tim KKN UMD 323. Kami mengenalkan pentingnya peran pupuk organik dalam proses budidaya, serta menginformasikan bahaya dari penggunaan pupuk kimia yang dilakukan secara terus-menerus. Pupuk cair yang telah kami buat memiliki 2 macam, yakni berasal dari limbah sayur dan pupuk berasal dari kombinasi telur, yakult, dan air kelapa. Hasil dari sosialisasi yakni, petani lebih membutuhkan POC berbahan dasar telur yang bermanfaat sebagai perangsang bunga dan buah. Pupuk organik cair yang dipilih akan diterapkan pada tanaman cabai, tanaman tomat, dan tanaman terong yang mereka budidayakan saat ini.
Sosialisasi pengenalan dan penerapan refugia, pestisida nabati, dan pupuk organik cair bersama petani Desa Paguan berjalan sangat lancar. Interaksi antara mahasiswa dan petani terjalin sangat baik. Proses menanam refugia dilakukan pada pagi hari di pinggir lahan petani, sedangkan pengaplikasian pestisida nabati dan pupuk organik cair dilakukan pada sore harinya. Kami berharap semoga terobosan yang kami berikan ke petani di Desa Paguan diterapkan secara berkelanjutan.
Sumber Referensi