Menurut KBBI, Ide adalah sebuah cita-cita. Sejak dari SD, kita sudah ditanyakan cita-cita jika sudah dewasa nanti. Akan tetapi, terkadang kita tidak mengetahui apa tujuan hidup kita sendiri, dengan tidak adanya tujuan, pasti kita akan tersesat dalam menjalani hidup. Biasanya cita-cita itu berupa dalam pekerjaan, dan setiap pekerjaan itu ada untuk menjadi jawaban untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh masyarakat. Seperti pemadam kebakaran yang ditugaskan untuk memberhentikan api yang beredar.Â
Tetapi terkadang dengan adanya cita-cita yang berbasis dengan pekerjaan, kita juga tidak mempunyai pikiran sendiri, terlalu nyaman dengan perintah, terkadang kreativitas yang ada di otak kita mulai memudar, dan itulah mengapa Design Thinking dibentuk.Â
Menurut Binus University, Design Thinking adalah proses berulang dimana kita berusaha memahami pengguna, menantang asumsi, dan mendefinisikan kembali masalah dalam upaya mengidentifikasi strategi dan solusi alternatif yang mungkin tidak langsung terlihat dengan tingkat awal pemahaman kita. Contoh dari Design Thinking adalah sebuah perusahaan atau project seperti AirBnB.Â
Design Thinking juga terbagi menjadi 5 fase, dengan berbagai fase dari Empathize, Define, Ideate, Prototype sampai Test. Dalam artikel ini, setiap bagian akan dijelaskan secara detail untuk memulai project mu sendiri.Â
1. EmpathizeÂ
Empathize adalah fase pertama dari Design Thinking untuk mencari sebuah masalah, untuk itulah mengapa kita melakukan sebuah riset dulu sebelum kita memulai sebuah project. Diterjemahkan dari kata Bahasa Inggris, berempati, kita harus melihat apa masalah yang ada di sekitar kita.Â
Contoh dari Masalah adalah banyaknya sampah yang dibuang secara sembarangan, jika ada seseorang melewati sampah tersebut, mereka akan merasa tidak nyaman dengan bau dan penampilan sampah tersebut, berantakan dan bau tidak sedap. Pastikan anda juga bertanya tentang orang lain tentang masalah yang anda pilih agar project anda mempunyai alasan untuk ada.Â
2. Define
Setelah anda berempati dengan orang lain tentang masalah tersebut, giliran anda untuk mendefinisikan masalah tersebut dengan anda sendiri. Coba untuk melakukan self-reflection, Apa tujuanku menyelesaikan masalah ini? Keterampilan apa saja yang aku punya agar masalah tersebut bisa selesai? Dan harapkan apa untuk kedepannya jika aku bisa selesaikan masalah ini? Ini adalah pertanyaan yang kamu harus tanya kepada diri sendiri. Sebelum kita bisa memulai project kita sendiri, kita harus tahu apa yang kita bisa lakukan dengan diri sendiri.
Misalnya kita melakukan evaluasi diri sendiri dulu untuk memulai project kita sendiri, caranya adalah mengetahui kelebihan dan kekurangan, masalah apa yang menjadi main focus dan tujuan kita untuk menyelesaikan masalah ini. Mendefinisikan keterampilan dan tujuan adalah salah satu cara kita memulai project menggunakan Design Thinking.
3. Ideate
Setelah mendefinisikan masalah dan melakukan evaluasi diri sendiri, kita sekarang pindah ke fase Ideate, memikirkan sebuah Ide untuk menyelesaikan masalah tersebut. Ini masanya kamu harus mencari solusi yang bisa diterima oleh masyarakat. Dan caranya adalah kamu harus tahu solusi apa yang sudah berjalan di masyarakat, seperti projek yang sudah berjalan dan mempunyai visi/misi seperti project yang kamu punya. Ini juga bisa disebut sebagai Benchmark.
Misalnya jika project anda mempunyai visi/misi yang fokus kepada masalah lingkungan, anda bisa melihat project atau perusahaan lain yang juga mempunyai visi/misi sama dengan Project anda. Dengan melihat benchmark, anda bisa membandingkan project kamu dan mendapatkan inspirasi untuk Ide project kamu.
4. Prototype
Empati, Definisi dan Ide, tiga fase tersebut membantu anda untuk memulai pembuatan produk dalam fase Prototype. Tanpa ada aksi atau produk, project kamu tidak akan berjalan satu pun. Dengan data yang kamu punya dari 3 fase tersebut, kamu bisa melakukan apa saja agar project mu bisa terkenal. Inilah adalah fase dimana kamu harus aktif, dikarenakan kamu akan melakukan banyak hal dan bereksperimen dengan project kamu.Â