Seandainya waktu dapat diulang kembali, mungkin aku tidak akan pernah membuang kesempatan untuk dapat mengungkapkan segala isi hatiku kepadanya. Tapi, kita tidak boleh berandai-andai, kita hidup dalam dunia yang realistis. Sejujurnya aku sangat sulit menepis semua bayang tentang dirinya. Dulu aku suka padanya, tapi aku tak pernah berani untuk menyatakan cinta kepadanya. Dan sekarang, rasa cinta itu telah aku kubur dalam-dalam, karena sekarang aku telah memiliki pasangan hidup yang sangat aku sayangi. Begitupun dengan dirinya yang jauh di seberang sana, dia telah bahagia dengan pasangan hidupnya.
Dua tahun aku satu kelas dengannya sehingga kedekatanku dengannya sangatlah akrab. Dan seiring berjalannya waktu, tumbuhlah benih-benih cinta itu dalam dadaku. Sempat aku memupuk rasa cinta ini dengan seringnya aku berkunjung ke rumahnya. Tetapi sekian lama waktu berjalan, aku tak pernah berani untuk mengutarakan rasa suka padanya, munafikkah aku ? Aku hanya merasa, aku bukanlah orang yang berani, aku hanya merasa tidak percaya diri. Dan memang kenyataannya, aku memang sangat tidak  percaya diri.Â
Pernah timbul dalam benakku rasa penyesalan tapi... apalah gunanya menyesal karena semua telah berlalu. Sekian lama tidak bertemu dan aku betul-betul hilang kontak dengannya, sampai pada suatu ketika, aku bertemu teman yang kebetulan dia mempunyai nomor handphonenya. Aku ingin mencoba menelponnya, tapi rasa ragu dan takut menahanku untuk tidak menghubunginya. Tetapi, tanpa setahuku, temanku itu memberikan nomorku kepadanya dan tak disangka-sangka, pada suatu malam, orang yang pernah aku cintai itu menelponku. Rasa kaget dan tak percaya, aku menjawab telponnya dan ternyata benar-benar dia yang yang menghubungi aku. Oh, seperti mimpi rasanya.
"Hallo..." Â Ujar suara diseberang telepon.
"Iya hallo" Jawabku.
"Benar ini dengan Fazril ? Tanyanya diseberang sana.
"Betul sekali. Kamu Ani Herliani Mamesha, yah ? Tanyaku pula.Â
"Iya. Ih kamu masih ingat juga nama panjangku." Jawabnya.
"Ya dong, mana mungkin aku lupa."
Dan akhirnya kami ngobrol panjang lebar, ke sana kemari mengenang masa-masa dulu. Dan diapun memberi tahuku kalau akun facebooknya dia memakai nama aslinya. Saat itu, aku bicara begitu lepas, menggelontor begitu saja seperti air bah. Dan aku tak sungkan-sungkan aku katakan padanya, bahwa aku dulu sangat menyukainya dan pernah ada rasa cinta padanya. Dan respon darinya pun mengatakan hal yang sama. Ternyata diam-diam, dia juga suka padaku. Tapi dia bilang, aku tak pernah menyatakan rasa cinta itu kepadanya, hingga akhirnya dia berpaling ke orang lain.
***