Dapat kita definisikan bahwa yang dimaksud dengan berpikir kreatif adalah berpikir yang kondusif terhadap keputusan, dituntun oleh konteks, self transcending, dan sensitif terhadap kriteria.
Di dalam perkembangannya, terdapat beberapa teori mengenai kreativitas, yaitu:[1]
1.Teori tentang Dewa-Dewa dan Kegilaan
Dapat dikemukakan pendapat Plato dan Aristoteles yang melihat kreativitas sebagai suatu bentuk genius dan kegilaan. Hasil karya kreativitas dianggap sebagai suatu patologi jiwa (psiko patologi).
2.Kreativitas sebagai Proses Berpikir Tak Sadar
Dalam hal ini kita mengenal ajaran Freud. Kreativitas dianggap sebagai suatu hubungan yang tidak disadari. Dengan demikian orang-orang genius dan gila mempunyai sifat yang sama. Poincare menyebutnya sebagai proses yang tidak disadari (unconcious processing) terjadi inkubasi dan iluminasi sesuatu yang muncul dari ketidaksadaran. Wallas mengemukakan mengenai adanya tingkat-tingkat proses berpikir kreatif. Teori ini sangat memperhatikan asosiasi dengan ketidaksadaran dan proses yang tidak disadari.
3.Teori Gestalt
Teori Gestalt melihat kepada kreativitas di dalam pemecahan masalah. Teori ini mempertentangkan antara berpikir produktif dengan berpikir reproduktif.
4.Teori Psikometrik
Gildford mengadakan tes terhadap kreativitas. Manusia-manusia kreatif memiliki proses berpikir tertentu. Amabile, Sternberg dan Lubart mengemukakan mengenai teori kognitif dalam bentuknya yang spesifik, lebih baik pribadi-pribadi yang kreatif dan faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan kreativitas.
5.Teori Evolusioner
Campbell dan Simonton mengemukakan teorinya mengenai retensi selektif serta variasi.
6.Teori Kognitif
Terori kognitif mengemukakan mengenai proses berpikir kreatif dan pemecahan masalah yang dikemukakan oleh Newell, Shaw, Simon dan Perkins.
[1] Robert W. Weisberg, Creativity, Understanding Innovation in Problem Solving, Science, and the Arts (2006) dalam H. A. R. Tilaar, Pengembangan Kreativitas dan Entrepreneurship dalam Pendidikan Nasional, Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2012, hlm. 64-65
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H