Darwis atau lebih dikenal dengan nama pena Tere Liye, lahir di Lahat, Indonesia, 21 Mei 1979 adalah seorang penulis novel Indonesia. Beberapa karyanya yang pernah diadaptasi ke layar lebar yaitu Hafalan Shalat Delisa dan Bidadari-Bidadari Surga. Meskipun dia bisa meraih keberhasilan dalam dunia literasi Indonesia, kegiatan menulis cerita sekadar menjadi hobi karena sehari-hari ia masih bekerja kantoran sebagai akuntan. Salah satu karyanya yaitu Hujan yang terbit tahun 2016.
      Novel ini menceritakan tentang seorang gadis bernama Lail. Seorang gadis kecil yang kehilangan kedua orangtuanya akibat bencana gunung meletus yang menyebabkan gempa yang luar biasa kuatnya. Lail dan ibunya sedang naik kereta bawah tanah dan saat gempa Lail sempat selamat karena dibantu seorang lelaki tetapi ibunya tidak dan akhirnya terjebak dilorong bawah tanah. Lelaki itu bernama Esok.
      Ia dan Esok masuk dipengungsian dan belajar disana. Waktu demi waktu berlalu hingga mereka menemukan jati diri mereka masing-masing sampai tiba dimana waktunya hubungan mereka diuji dengan kepercayaan. Lail yang ingin melupakan Esok dan Esok yang meminta maaf karena selalu menutupi dirinya sendiri. Hingga mereka akhirnya bisa memiliki kehidupan yang indah.
      Novel ini memiliki alur campuran yang menggabungkan 2 latar waktu, hal itu membuat pembaca harus sedikit teliti dalam membacanya agar memahami isi dari novel ini. Setiap gambaran suasana dalam novel ini bisa membuat pembaca terbawa suasana yang dibuat dan bisa merasakan apa yang terjadi didalam novel.
      Tere Liye menggambarkan tokoh Lail seperti beberapa orang dimasyarakat. Ia menggambarkan Lail yang mengalami fase terberatnya bisa ia lewati dan hidupnya bisa bahagia. Novel ini menyisipkan banyak sekali quotes yang menarik yang bisa menjadi pesan moral untuk para pembaca. Apalagi banyaknya plot twist yang disisipkan dinovel ini membuat kita tidak akan bosan dalam membacanya.
      Tere Liye menyisipkan banyak sekali pesan moral dalam novel ini. Salah satu pesan yang penting dari novel ini adalah "Cara terbaik untuk berdamai dengan masa lalumu adalah dengan berdamai masa lalumu karena itu adalah hidupmu dan dari situlah dirimu berasal".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H