Tidak perlu kamu bersulit-sulit menafsirkan aku sebagai perempuan penyair pecinta puisi sampai mati ketika aku hanya mendatangi puisi saat aku sedang berlari.
Sungguh, tafsiranmu perihal aku benar-benar rancu sebab aku tak pernah menemukan satupun kecocokan di antara aku dengan tafsiranmu.
Dan ketahuilah bahwasanya puisi hanyalah pelarianku dari cinta yang musnah, isi kepala yang berantakan dan hatiku yang setengah berfungsi.
Dan terlalu melimpah rahasia dalam kehidupanku yang selalu kusimpan di dalam dinding-dinding tajam agar kamu tau bahwa aku mungkin terlihat mudah digapai namun tak akan pernah utuh dimiliki.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H