Mohon tunggu...
wahyu 'wepe' pramudya
wahyu 'wepe' pramudya Mohon Tunggu... -

full time sinner, full time pastor, full time husband and father. unresolved mystery about grace. Kontak di bejanaretak at gmail dot com

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Selepas Sholat Jumat

27 Februari 2015   18:02 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:25 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14250096081673859913

[caption id="attachment_353166" align="aligncenter" width="392" caption="zerigoodboy.wordpress.com"][/caption]

Satu keping uang lima ratus rupiah. Apakah artinya? Untuk satu kali makan pun jelas tak bisa, bahkan segelas teh di warung langgananku harganya sudah seribu lima ratus rupiah. Lima ratus rupiah itu hanya setara dengan lima kerupuk dalam kaleng berwarna biru.

***

Jumat siang itu, ketika jam menunjukkan sekitar  pk 13.30, aku mampir ke sebuah toko besi kecil hendak membeli paku. Tak banyak paku yang kubeli, hanya seharga dua ribu lima ratus rupiah. Dengan cekatan ia membungkus paku itu dan mengulurkan ke tanganku beserta uang kembaliannya.  Seperti biasa, aku tak pernah memeriksa uang kembalian yang diberikan kepadaku.  Segera aku menyebrang jalan dan menghidupkan mobil.  Sengaja aku membuka jendela depan agar sejenak ada pergantian udara di dalam mobilku.

Beberapa meter mobilku berjalan, terdengarlah suara orang memanggil, “Bapak! Bapak!”  Namun, tak kuhiraukan suara itu.  Mobilku bergerak perlahan di tengah kemacetan arus lalu lintas.  Tiba-tiba, kaca mobilku diketuk seseorang.  Oh, ternyata pemuda yang tadi melayaniku di toko besi kecil itu.

Ia mengulurkan satu keping lima ratus rupiah sambil memohon maaf karena kelalaiannya dalam memberikan pengembalian.  Terlintas di pikiranku untuk menolak pengembalian itu.  Tapi, mengapa ia susah payah berlarian mengejar mobilku hanya untuk mengembalikan lima ratus rupiah?  Toh, aku pun tak sadar bahwa uang kembalian itu ternyata kurang.

“Aduh, Mas, kok sampai susah payah begitu,” kataku sambil menerima sekeping uang itu

“Wah, saya tidak berani, Pak. Saya takut,” jawabnya.

“Oh, bosnya galak tha mas?” tebakku

“Bukan, bos saya baik kok, Pak.”

“Lalu, kenapa?” tanyaku penuh rasa ingin tahu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun