Mohon tunggu...
Wenny Radistya
Wenny Radistya Mohon Tunggu... -

Long life learner

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Sekelebat Pikir: TV In, TV Out

27 Mei 2010   05:52 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:56 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

"Kita tak pernah tahu kemana komen akan berhembus." (Pemi Ludi, 2010)

Berawal dari salah status FB saya, komen kemudian berhembus ke arah memori masa kecil. Betapa dulu kita, pemuda pemudi yang kini telah berusia kepala dua, tak banyak dicekoki dengan acara-acara televisi yang tidak bermanfaat. Masa kecil kita lebih banyak diisi dengan kegiatan outdoor, seperti main petak umpet, sepak bola, memancing, badminton, voli, layang-layang, catur, bersepeda, memanjat pohon, bahkan sampai memanjat genteng rumah orang dan melompat dari satu genteng ke genteng lainnya.
Masa kecil yang indah, kalau boleh saya bilang.

Saat itu jumlah stasiun televisi memang masih sedikit, hiburan untuk anak-anak pun masih terbatas. Jam prime time yang sekarang banyak diisi oleh sinetron dengan cerita picisan dan utopis, dulu diisi dengan dunia dalam berita.
Dulu, saya bisa memilih untuk menonton berita atau belajar kalau merasa bosan menonton berita dunia atau dunia dalam berita. Sekarang, saya memang punya banyak pilihan, tidak suka dengan channel yang satu tinggal tekan remote control untuk berpindah ke channel lainnya. Tidak suka dengan sinetron, saya bisa menonton acara musik atau film bioskop yang diputar di televisi. Tapi, setelah dipikir-pikir, banyaknya acara televisi sekarang ini justru kurang berbanding lurus dengan kualitas dan variasi acara itu yang disajikan televisi.

Sinetron yang sekarang menjamur di hampir semua stasiun televisi pada jam prime time, hanya menyajikan kemewahan hidup, pergaulan bebas lepas di kalangan remaja, kekerasan, pornografi/aksi dan sebagainya. Bahkan acara kartun yang notabene memiliki segmentasi anak-anak kecil tak lepas dari unsur kekerasan didalamnya. Ingat Happy Tr** Fri*nds? Atau T*m and J*rry?
Begitu pun dengan acara musik di televisi. Industri musik zaman sekarang seolah tidak begitu ramah terhadap anak-anak. Dulu, kita mungkin akan sangat mudah menemukan lagu anak-anak, dari Si Komo sampai Idih Papah Genit..hahaha.. Sementara anak-anak kecil zaman sekarang lebih banyak menyanyikan lagu-lagu cengeng masa kini yang dipopulerkan oleh band-band yang membanjiri blantika musik Indonesia. Lalu kemanakah lagu anak-anak? Haruskah anak-anak zaman sekarang berkembang dengan menyanyikan lagu tentang patah hati atau jatuh cinta?

Pertanyaan jangka panjang, generasi macam apa yang akan kita siapkan dengan kualitas acara yang demikian?

Dr. Roberd Friedland, seorang dokter spesialis saraf Amerika, menyebutkan bahwa sebagian besar penderita Alzheimer (penurunan daya ingat/pikun dini) adalah orang yang jarang melakukan aktivitas fisik dan mental yang bermanfaat, dan hanya banyak menonton televisi. (http://mariasunarto.com/jauhkan-anak-dari-pengaruh-tv.html)

see more:

http://www.facebook.com/note.php?note_id=400503404367&comments=#!/notes/wenny-radistya/sekelebat-pikir-tv-in-tv-out/400503404367

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun