Kini saatnya Egi bergerak. Setelah pertemuan yang penuh mendukungnya itu, ia bersama Karang Taruna Cempaka Gading Desa Mandiangin Tuo sebagai mitra gerakannya, melanjutkan untuk membuat anggaran dan proposal terkait program pelestarian musik kromong.
Proposal program kegiatan yang telah Egi susun bersama Karang Taruna Cempaka Gading disebar kepada sejumlah instansi dan perusahaan. Egi menyebut distribusi proposalnya yang tembus dan disetujui untuk mendukung program kegiatannya sampai selesai antara lain yaitu ;  pertokoan, Camat Mandiangin, Kepala Desa Mandiangin Tuo, Kepala Desa Kutejaye, Kepala Desa  Taman Dewa, Kepala Desa Mandiangin, Mandiangin Pasar, PT. ABP, PT. SPC.
Program Egi dalam pelestarian musik kromong terdiri dari pelatihan musik kromong untuk anak muda Desa Mandiangin Tuo, dan juga acara pementasan hasil dari pelatihan. Ternyata tidak hanya musik kromong yang menjadi program pelestarian yang dilakukannya, ia juga menambahkan program pelestarian musik trabungan atau kompangan.Â
Musik trabungan ini menurut pemaparan Egi, adalah musik trabungan yang berlagu melayu, antara lain seperti ; Dana Sarah, Sara, Lohos, Jambi Ulu, Jambi Seberang, Timbal Balik, Barau-Barau.
Program pelatihan ini dilaksanakan dua kali dalam satu minggu, setiap malam Selasa  dan Sabtu selama dua bulan. Setiap latihan, guru pembina yang melatih dianggarkan untuk diberi uang sebesar lima puluh ribu rupiah per-kepala yang dilatihnya. Maksimal guru pembina melatih tiga kepala. Tiga orang bersedia menjadi guru pembina, yaitu Samrizal melatih musik kromong, sedangkan Suandi dan Sainul melatih trabungan.
"Namun, kadang si pembina tidak ingin menerima. Hanya saja karena tanggung jawab saya dari uang proposal yang masuk itu untuk pembina dan kegiatan acara puncak, jadi uang itu tetap harus disalurkan," terang Egi.
Agar generasi muda di Desa Mandiangin Tuo berminat mengikuti program pelatihan musik kromong dan trabungan, Egi dan tim yang dibentuknya mengajak kerabat, sahabat, pemuda/pemudi  yang ada di Desa Mandiangin Tuo. Pendekatan personal dilakukannya untuk mengajak teman-teman di sekitar rumahnya. Selebihnya, ia melakukan himbauan melalui media online seperti facebook dan Instagram, serta pamflet.
Hasilnya, enam belas pemuda terjaring sebagai peserta yang bersedia mengikuti program pelatihan musik tersebut, meskipun yang aktif hanya sepuluh orang. Dari ke-sepuluh peserta aktif ini, enam orang berlatih trabungan dan empat orang bisa berlatih musik kromong maupun trabungan.
Di akhir KKN, Egi menuntaskan proyeknya dengan membuat acara Gelar Budaya. Â Ia berperan sebagai inisiator dan kepala penggerak acara ini bersama tim kepanitiaan di desa. Acara ini tidak saja menampilkan hasil latihan musik kromong dan trabungan, namun juga diisi dengan tari-tarian dan pertunjukkan seni lain yang menampilkan potensi seni serta budaya yang ada. Bahkan penampil seni dari desa lain pun turut memeriahkan acara ini. Tentunya maestro musik kromong pun diberi ruang khusus untuk tampil di acara ini.