Setelah Iching menghilang secara misterius (ceritaku tentang Iching ), tinggal Eki yang menemaniku. Setahun lebih Eki menjadi kucing tunggal. Selama itu sudah beberapa kali aku mencoba mengadopsi kucing lagi untuk menemaninya, namun selalu mati tak berapa lama setelah diadopsi. Sejak saat itu aku tak berminat lagi mencarikan Eki kucing baru sebagai temannya.
Sampai pada suatu hari, ketika aku berbelanja ke Pet Shop langganan, dokter hewan pemilik Pet Shop tersebut membujukku untuk mengadopsi  gratis salah satu kucing yang ada di Pet Shop sebagai teman Eki. Awalnya aku menolak, tetapi akhirnya aku luluh pada bujukkan dokter hewan tersebut. Aku memilih kucing jantan kecil yang bulunya dominan putih dengan sedikit warna hitam di kepala dan ekornya. Ia kucing campuran domestik dan ras. Usianya ketika kuadopsi diperkirakan sekitar dua bulan.
Uchidai, aku menamai kucing yang baru kuadopsi dari Pet Shop itu. Ia kucing yang sangat tampan, baik dan mandiri sejak kecil. Aku hanya memberinya susu selama dua minggu. Setelahnya ia minum air putih sendiri. Aku juga tak repot mengajarinya toilet training, sebab ia sudah pandai membuang kotorannya di kotak pasir khususnya. Darinya aku akhirnya belajar menggunakan pasir wangi sebagai isi kotak toilet kucing, karena Uchidai lebih suka pasir wangi. Ia menolak pasir kristal yang biasa aku gunakan sebagai pengisi kotak toilet kucing.
Makannya tak rewel, ia suka makanan merek apa pun. Ia juga kucing yang sangat pembersih. Meskipun tingkah polahnya aktif, ia tak suka mencari ribut dan huru-hara. Ia cepat akrab dengan siapapun, baik manusia maupun hewan lainnya. Sayangnya Eki tak menyukainya. Eki menolaknya dari awal Uchidai kuadopsi. Eki akan sensi dan marah-marah jika bertemu Uchidai. Hati Eki tak luluh meskipun Uchidai berusaha mendekatinya dengan segala cara agar dianggap teman.
Pada akhirnya Eki kabur dari rumah dan memilih tetanggaku sebagai tuan barunya. Uchidai pun akhirnya menjadi kucing tunggal yang tinggal bersamaku. Setahun lebih ia bersamaku. Ia kucing yang cukup menghibur dan menjadi sahabat yang baik.Â
Kelakuannya yang lucu menjadi kenangan bagiku dan orang-orang sekitar. Terutama kebiasaan Uchidai yang suka diajak naik motor berkeliling kota. Ia akan naik di jok belakang motor dan tenang di posisinya selama berkeliling kota. Tentu kelakuannya ini menggemaskan.Â
Di rumah, ia suka duduk di jendela. Â Jika ia berada di rumah, ia menungguku pulang kerja dengan duduk di jendela. Ketika aku pulang, ia turun dari jendela dan menyambutku.Â
Uchidai sempat punya pacar kucing yang berbulu putih polos. Pacarnya dibawa masuk ke rumah. Ia sangat mencintai pacarnya. Jika pacarnya terlihat tak berada di sekitar rumah, ia akan mencarinya sampai ketemu dan digiringnya masuk rumah. Akhirnya aku pun kadang ikut andil merawat pacarnya itu. Selama di dalam rumah bersama pacarnya, ada saja tingkah lucunya untuk merayu pacarnya. Ia kadang berguling-guling di sisi pacarnya, memeluknya dan menciuminya. Kemana pun pacarnya berjalan diikutinya. Ia  memintaku untuk mengisi piring makannya yang kosong jika pacarnya belum kenyang makan.
Sayangnya hubungan percintaan Uchidai dengan si Putih harus kandas. Si putih pacar kesayangan Uchidai harus ikut pindah bersama tuannya. Sejak itu Uchidai jadi sering murung dan merasa kesepian. Ia jadi sering main tak tahu waktu. Kadang ia pulang tengah malam atau pada waktu subuh. Ada sih kucing betina kecil yang menjadi temannya. Tetapi sepertinya ia tak begitu tertarik.
Melihat hal ini, aku pun berinisiatif mengadopsi kucing lagi sebagai teman Uchidai. Kali ini kuputuskan untuk memelihara kucing ras, agar Uchidai bisa kawin dan beranak pinak dengan keturunan yang bagus. Tak butuh waktu lama, aku mendapatkan kucing ras berbulu putih sebagai teman Uchidai. Ia pun cepat akrab dan bersahabat dengan kucing ras yang baru kuadopsi itu. Tetapi ternyata kucing ras yang baru kuadopsi itu bukan berjenis kelamin betina. Â Tentu Uchidai tak bisa kawin dan beranak pinak dengannya. Aku mengetahuinya ketika memandikan kucing ras itu di tempat grooming.