Mohon tunggu...
WENNY DYAH ANNISA
WENNY DYAH ANNISA Mohon Tunggu... Lainnya - UPN "Veteran" Yogyakarta

Student of International Relations at UPN "Veteran" Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Diplomasi Kemanusiaan Indonesia Memperjuangkan Hak Asasi Manusia di Suriah Sejak Tahun 2011

15 Juni 2023   21:21 Diperbarui: 16 Juni 2023   06:05 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Krisis pengungsi Suriah dimulai pada tahun 2011 sebagai akibat dari perang saudara yang pecah di Suriah. Konflik dimulai sebagai protes damai terhadap pemerintahan otoriter Presiden Bashar al-Assad tetapi dengan cepat meningkat menjadi konflik kekerasan antara pasukan pemerintah, kelompok oposisi, dan organisasi ekstremis. Pertempuran tersebut telah mengakibatkan kematian ratusan ribu orang dan telah membuat jutaan orang mengungsi, baik di dalam Suriah maupun di luar perbatasannya. Kekerasan di Suriah telah melanggar Hak Asasi Manusia dan melanggar faktor kemanusiaan. Konflik di Suriah telah mengakibatkan meluasnya kekerasan, termasuk pengeboman, penembakan, dan bentuk kekerasan lainnya, yang telah menghancurkan rumah dan komunitas serta membahayakan nyawa masyarakat. Banyak warga Suriah terpaksa mengungsi dari rumah mereka untuk menghindari kekerasan ini.

Diplomasi kemanusiaan sendiri adalah praktik terbaik dalam negosiasi dengan pihak berwenang, kelompok militer, atau individu tertentu untuk berpaling ketika umat manusia berada dalam bahaya. Perspektif inilah yang coba dilakukan oleh Indonesia dalam mengatasi masalah pengungsi Suriah. Situasi pengungsi merupakan masalah yang kompleks dan menantang. Menurut Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR), per Januari 2023, terdapat sekitar 6,8 juta pengungsi Suriah yang terdaftar di seluruh dunia, dengan mayoritas berada di Turki, Lebanon, dan Yordania. Banyak pengungsi Suriah terus menghadapi berbagai tantangan, termasuk terbatasnya akses terhadap kebutuhan dasar seperti makanan, tempat tinggal, dan perawatan kesehatan, serta risiko kekerasan dan diskriminasi.

Indonesia sebagai negara yang aktif dalam perdamaian dunia, terus memberikan dukungan kepada para pengungsi Suriah dan negara-negara tuan rumah mereka. Ini termasuk bantuan dan bantuan kemanusiaan, serta upaya untuk mengatasi akar penyebab konflik di Suriah dan mempromosikan solusi politik untuk krisis tersebut. Indonesia aktif dalam diplomasi kemanusiaan karena beberapa alasan. Pertama, sebagai negara dengan populasi yang beragam dan sejarah mengatasi berbagai tantangan, termasuk bencana alam dan konflik, Indonesia memahami pentingnya memberikan bantuan dan dukungan kepada mereka yang membutuhkan. Kedua, Indonesia merupakan negara yang menghargai hak asasi manusia dan meyakini pentingnya mengedepankan perdamaian dan stabilitas baik di dalam negeri maupun internasional. Sebagai anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN), Indonesia berkomitmen untuk menjunjung tinggi nilai-nilai tersebut dan berkontribusi dalam upaya global untuk mengatasi tantangan kemanusiaan. 

Ketiga, Indonesia melihat diplomasi kemanusiaan sebagai peluang untuk mempererat hubungan dengan negara lain dan membangun goodwill. Dengan memberikan bantuan dan dukungan kepada negara-negara yang membutuhkan, Indonesia dapat menunjukkan komitmennya terhadap solidaritas global dan memperkuat perannya sebagai pemimpin regional. Keempat, perlindungan WNI di Suriah sebagai prioritas kebijakan luar negeri. Untuk mengejar tujuan tersebut, pemerintah Indonesia masih membuka jalur diplomatik perwakilan di Damaskus, Aleppo dan Latakia. Perwakilan ini memiliki tugas utama untuk melindungi, mempertahankan, dan mengamankan mereka hingga dipulangkan ke Indonesia. Tidak peduli siapa aturan, pihaknya akan bekerja sama sejalan dengan kepentingan strategisnya yang masih tetap ada.

Diplomasi kemanusiaan yang telah dilakukan Indonesia dalam memperjuangkan hak kemanusiaan di Suriah antara lain:

  1. Diplomasi dilakukan dengan penyediaan bantuan dan dukungan kemanusiaan, serta mendorong kerja sama dan advokasi regional untuk solusi komprehensif atas krisis Suriah. Indonesia telah aktif memberikan bantuan kemanusiaan sejak krisis Suriah dimulai pada tahun 2011, Indonesia telah memberikan berbagai bentuk bantuan kemanusiaan kepada pengungsi Suriah baik di dalam maupun di luar Suriah. Pada tahun 2016, Indonesia berjanji untuk memberikan bantuan kemanusiaan sebesar $ 1 juta ke Suriah dan menjadi tuan rumah pertemuan tingkat tinggi untuk membahas krisis tersebut.

  2. Diplomasi Indonesia selanjutnya adalah Indonesia secara konsisten mengadvokasi kerja sama regional untuk mengatasi krisis Suriah. Pada tahun 2015, Indonesia menjadi tuan rumah bersama pertemuan regional dengan Malaysia dan Thailand untuk membahas krisis pengungsi dan cara-cara untuk mendukung pengungsi di wilayah tersebut. Indonesia juga menampung sejumlah kecil pengungsi Suriah. Pada tahun 2015, Indonesia menyambut 177 pengungsi Suriah, yang diberi izin tinggal sementara dan diberi akses kebutuhan pokok.

  3. Indonesia berdiplomasi dengan upayanya telah menyerukan solusi komprehensif untuk krisis Suriah, termasuk perlunya resolusi politik untuk konflik tersebut. Pada tahun 2015, Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi menyatakan bahwa "satu-satunya cara untuk mengakhiri krisis Suriah adalah melalui solusi politik. Secara keseluruhan, diplomasi Indonesia terhadap pengungsi Suriah telah berpedoman pada komitmen terhadap kemanusiaan dan kerja sama regional, sekaligus menekankan pentingnya menemukan solusi komprehensif untuk krisis Suriah.

  4. Diplomasi yang terakhir dilakukan oleh aktor non-pemerintah, yaitu masyarakat Indonesia sendiri yang sebagian merupakan pemeluk agama Muslim. Menyerukan sumbangan dan jihad untuk membantu krisis kemanusiaan di Suriah, Yaman dan Myanmar memiliki legitimasi yang kuat dalam ajaran Islam. Namun terdapat perbedaan pandangan masyarakat pula mengenai Donasi dan Jihad yang dilakukan terdapat respon berbeda dalam membantu Suriah. Seruan untuk sumbangan dan jihad menjadi sangat menarik dalam menanggapinya krisis kemanusiaan. Dua kelompok Islam terbesar di Indonesia yaitu NU dan Muhammadiyah tidak gunakan jihad sebagai strategi untuk menarik perhatian Muslim di Indonesia. Sedangkan kelompok Islam lainnya seperti Penyelenggara Syam, Hilal Ahmar, dan FPI menanggapi krisis kemanusiaan dengan seruan untuk jihad selain donasi.

Indonesia sebagai pendukung kuat untuk tujuan kemanusiaan, telah secara aktif memperluas bantuannya ke Suriah dalam menghadapi krisis yang sedang berlangsung. Melalui koordinasi dengan organisasi internasional dan keterlibatan diplomatik dengan pemerintah Suriah, Indonesia telah mampu memberikan bantuan dan dukungan dalam upayanya memperjuangkan kemanusiaan di Suriah.  Dengan melibatkan warganya, meningkatkan kesadaran publik, dan mendorong kerja sama regional, Indonesia menunjukkan dedikasinya yang tak tergoyahkan untuk berdiri dalam solidaritas dengan Suriah dan mengulurkan tangan membantu selama masa konflik berlangsung.

Daftar Pustaka

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun