Menyangka diri terpenjara
Hati laksana teriris,
Lebih banyak lagi duka cita
Kau tuang ke dalam cawan tipis
Berkata luberan duka dari cawan itu, meminta restu agar kau mampu sedikit atau seluruhnya, biarkan lunas terusir waktu
Namun kau benar-benar memungutinya,
Mengambil cawan baru yang lebih tebal
Pengharapan terhadap simpati
Duhai mendaku telah begini
Pada cawan itu kau sematkan jua
Merasa risih lagi iri
Terhadap kebaikan manusia
Yang kau sebut rival, saingan sejati
Lepaskan, lepaskan
Duri tajam bersangkutan
Pada tapak darah yang kucur
Namun kau sangka mujur
Jogja, 12 Desember 2025
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H