Mohon tunggu...
Wening Yuniasri
Wening Yuniasri Mohon Tunggu... Guru - Pelajar kehidupan - Nominator Best in Fiction Kompasiana Awards 2024

Menulislah, maka engkau abadi

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kotak Kosong

20 Agustus 2024   06:59 Diperbarui: 20 Agustus 2024   07:25 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sebuah kotak kosong hendak mengaju diri
Sebagai pilihan idaman hati
Siapakah hendak memungut tinta,
celupan kelingking tanda merasa

Ah, pula pulanglah kepada perwakilan
Berkumpul sebagai permusyawaratan
Sebagian lagi menganggap
Musyawarah tiada layak tanggap

Karena segala paman tiada mufakat
Kita jadi berdalih; lain ladang lain belalang lain lubuk lain ikannya
Pula disambut gempita; di mana bumi dipijak disitu langit dijunjung

Manakah langit, manakah lubuk?
Hati-hati kita terlampau rusuh merabuk
Tanam-tanaman yang berpeluh
Oleh petani yang dicekik pupuk
Makankah? Makanlah!
Demokrasi saji, piring jamuan makan

Jogja, 20 Agustus 2024 | Wening Yuniasri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Baca juga: Semakin Kaya

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun