Mohon tunggu...
Wening Yuniasri
Wening Yuniasri Mohon Tunggu... Guru - Pelajar kehidupan - Nominator Best in Fiction Kompasiana Awards 2024

Menulislah, maka engkau abadi

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi: Malam yang Mengetuk

31 Maret 2024   10:53 Diperbarui: 1 April 2024   19:38 530
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi malam ramadan. (Sumber: UNSPLASH/SIMON INFANGER via kompas.com)

Malam datang menjinjing gundah
Melewati perjalanan menembus awan
Dari sisi lain benua
Melangkah ragu pada tiap liku
Lorong kaca garbarata; terbayang sebuah pintu
Dia melihat dirinya mengetuk; menunggu
akankah gagang di sebaliknya
diputar dan terbuka?

Malam dibungkam tanya
Jika masih mungkin sebuah jabat tangan
Kemewahan pengampunan terhadap khilafnya
Tahun-tahun lalu
Silap telah mengacau dia kini penuh racau
Tiap langkah bagai hendak menginjak ranjau
Terengah seok napasnya tiap kali
bermimpi; sesak lagi nyeri

Angin menahan laju, bulan mengamati kikuknya
Ranting-ranting kering, terdiam
Malam terenyak di beranda
Pintu yang akan diketuknya
Di depan mata

Jogja, 31 Maret 2024 | Wening Yuniasri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun