Surat Untuk Puan
Hai puan.. ,
Sedang bersilang santai diteras rumah
Dengan sruput segelas kopi dengan suara-suara celoteh aksara
Berpendapat tentang jalangnya seorang  kisah gadis
Sudahkah dikau menjadi benar dalam berargumentasi
Seorang gadis membisu dalam keramaian lingkungan
Menulis kanvas pena namun dengan jari yang bergemetar
Kelabu aksara untuk berbicara tentang sayatan lukanya
Bibirnya membisu, enggan bersuara mengenai asa yang sudah patah
Bulan sabit tercipta diparas tirusnya
Meliuk dengang seksama
Melayani Yang berkuasa
Menghiraukan luka-luka yang menikam atmanya
Direnggut, dinikmati dengan kepalsuan janji belakaÂ
Dia tak perlu lupa.Tidak akan pernah melupa
Menjadi lacur, dia takut tapi sudah tak berkuasa
Sejatinya gadis  itu sudah patah sejak lama
Karena ego dan nafsu belaka
Harap terbebas dalam budak nafsu jiwa
Kini..,
Hanya mengobati diri, menerima jalan takdir
Melanjutkan alur skenario
Menikmati semesta, meski tersiksa
Entahlah..
Raga dan hati sudah berbentuk bagaimana
Karya : Wening_w
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI