Cerita ini terinspirasi dari kisah nyata yang dialami mendiang selebgram Laura Anna yang meninggal dunia 15 Desember 2021 setelah berjuang meminta keadilan atas kasus kecelakaan lalu lintas yang melibatkan mantannya, Gaga Muhammad. Kecelakaan yang melumpuhkan Laura terjadi ketika Gaga Muhammad dan dirinya terlibat kecelakaan pada 2019. Keduanya saat itu baru pulang minum-minuman keras di Blok M. Karena di bawah pengaruh alkohol, Gaga tidak konsentrasi saat berkendara dan mengalami kecelakaan di jalan tol Jagorawi hingga mobil terbalik.Â
Film "Laura" menceritakan tentang, kisah seorang selebgram yang dikenal ceria dan disayangi oleh teman serta keluarganya. Ia juga dikenal sebagai sosok menyenangkan oleh penggemarnya. Suatu hari, kehidupannya mendadak berubah setelah mengalami kecelakaan mobil dengan kekasihnya, Jojo. Kecelakaan tersebut menyebabkan Laura mengalami cedera tulang belakang yang menyebabkan kelumpuhan sepanjang hidupnya, sementara Jojo hanya mengalami luka ringan dan lebih cepat pulih. Hubungan mereka semakin kompleks setelah kecelakaan, dengan Jojo yang ogah bertanggung jawab dan malah menyalahkan balik Laura. Di tengah-tengah perjuangannya, Laura berusaha kuat dengan dukungan dari keluarga dan teman-temannya. Hingga akhirnya, Laura meminta keadilan melalui jalur hukum dan persidangan melawan Jojo.Â
Menurut penulis, Hanung Bramantyo selaku sutradara berhasil menyuguhkan latar belakang yang kuat terkait peristiwa yang menimpa tokoh utama, Laura. Hal tersebut, menumbuhkan rasa empati yang kuat, sehingga penonton benar-benar bisa merasakan kesedihan dan pergulatan batin Laura dan keluarganya. Bahkan, yang tidak mengenal Laura Anna di kehidupan nyata, pasti merasa terhanyut dengan perjuangannya yang disajikan di film ini. Sejak awal film, penonton diajak menyelami kehidupan Laura dan konflik batinnya yang cukup kompleks. Apalagi film ini memiliki dialog-dialog yang terasa begitu autentik dan natural. Cukup sederhana namun penuh dengan beban emosional. Melalui skenario garapan Alim Sudio, penonton tidak hanya mendengar, tetapi benar-benar merasakan beban yang dirasakan oleh karakter. Perasaan sedih, kecewa, hingga ketidakadilan seolah menyatu dalam satu dialog, membuat setiap adegan terasa begitu nyata dan memukul emosi.Â
Meski film Laura memiliki latar belakang cerita yang kuat, tetapi tak lepas dari kekurangan yang setidaknya dirasakan oleh penulis membuat pengalaman menonton jadi ada yang mengganjal. Salah satunya adalah terlalu banyak pemeran tambahan atau cameo yang tidak begitu berkontribusi terhadap alur cerita. Secara akting pun, para pemain cameo ini juga kurang maksimal dalam menunjukkan sisi emosional. Dalam beberapa adegan penting, akting mereka terasa datar dan kurang menggugah perasaan. Padahal diharapkan para karakter pendukung ini dapat menunjukkan ekspresi kecewa, kesedihan, atau keterkejutan. Namun, reaksi mereka justru terlihat minim dan kurang meyakinkan.Â
Yang terpenting adalah selalu ada hikmah dari setiap kejadian. Termasuk kisah yang menimpa Laura. Laura mengajarkan perempuan-perempuan untuk berani mengambil sikap. Ketika laki-laki menginjak-injak harga dirinya, Laura tidak larut dan menyiakan-nyiakan waktunya untuk menangis terus menerus. Ia bangkit dan berjuang demi keluargnya. Selain perjuangan Laura, film ini pun menggambarkan dukungan keluarga yang begitu hebat. Khususnya peran seorang Ibu dan Kakak yang begitu menyayangi Laura. Sebuah pesan dalam bahwa keluarga selalu ada apapun keadaannya. Menerima dengan ikhlas semua kekurangan yang berbeda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H