Pembentukan karakter anak menjadi fokus pendidikan, karena karakter merupakan inti kepribadian individu, meliputi konsep moral, sikap dan perilaku. Lebih dari sekedar penguasaan materi akademis, pembentukan karakter mempersiapkan anak dalam berbagai hal tantangan hidup seperti mengatasi hambatan, berinteraksi positif dengan orang lain, dan mengambil keputusan yang baik (Handayani et al., 2024). Pembentukan moralitas pada anak sejak usia dini merupakan fondasi yang sangat kritis dalam mengembangkan karakter dan kepribadian mereka di masa depan. Melalui pendidikan moral yang tepat, anak-anak dapat belajar nilai-nilai luhur seperti kejujuran, empati, tanggung jawab, dan kepedulian sosial yang akan membimbing mereka menjadi individu bermartabat dan berkarakter kuat.Â
Proses penanaman moral ini tidak hanya sekadar mengajarkan aturan baik dan buruk, melainkan membentuk pemahaman mendalam tentang etika dan memberikan landasan spiritual yang kokoh, sehingga mereka mampu membuat pilihan-pilihan bijak, menghormati orang lain, dan berkontribusi positif dalam kehidupan bermasyarakat. Orangtua, pendidik, dan lingkungan memiliki peran penting dalam menciptakan pengalaman dan teladan yang mendorong perkembangan moral anak secara komprehensif dan berkelanjutan.
Mendongeng sebelum tidur telah dikenal luas sebagai salah satu cara efektif membentuk karakter anak. Kegiatan ini tidak hanya memberikan hiburan tetapi juga memberikan banyak manfaat tambahan. Cerita-cerita yang disampaikan pada saat mendongeng seringkali mengandung pesan-pesan moral atau nilai-nilai yang penting bagi anak. Melalui tokoh-tokoh dalam cerita, anak belajar tentang kebaikan, kesetiaan, kerja keras, kejujuran dan nilai-nilai lain yang menjadi dasar karakter yang baik (Handayani et al., 2024). Melalui dongeng sebelum tidur, anak-anak tidak hanya belajar tentang nilai-nilai moral, tetapi juga mewarisi kekayaan budaya bangsa. Kegiatan ini menjadi investasi berharga dalam pembentukan karakter generasi penerus yang berakhlak mulia dan mencintai budaya sendiri. Di tangan para orang tua, dongeng-dongeng tradisional ini dapat terus hidup dan menginspirasi generasi mendatang.
Proses mengarahkan, membimbing, dan mendidik nilai-nilai moral serta moral dan perilaku seseorang agar mereka terbiasa mengetahui, memahami, dan menghargai kebajikan atau kebajikan aturan moral disebut pembentukan moral (Dwi Putri Dina Saharani et al., 2024). Di era digital yang serba cepat ini, dongeng sebelum tidur menjadi momen berharga bagi orang tua dan anak untuk membangun kedekatan sambil menyelipkan pembelajaran moral. Kegiatan ini bukan sekadar rutinitas, melainkan investasi karakter yang akan membekas hingga sang anak dewasa. Melalui dongeng, anak-anak tidak hanya diajak untuk mengembangkan imajinasi, tetapi juga diperkenalkan pada sosok-sosok inspiratif yang dapat menjadi panutan dalam kehidupan mereka kelak.
Mendongeng sebelum tidur telah menjadi tradisi turun-temurun yang tak lekang oleh waktu. Kisah-kisah pahlawan lokal seperti Gatot Kaca hingga Cut Nyak Dien dapat menjadi media pembelajaran yang menyenangkan sekaligus bermakna. Rutinitas malam hari seringkali menjadi momen yang ditakuti para orangtua, terutama ketika anak enggan untuk tidur tepat waktu. Di tengah era digital yang serba instan ini, kebiasaan membacakan dongeng sebelum tidur mulai terkikis oleh gadget dan video games. Ketika orang tua memilih untuk menceritakan kisah-kisah kepahlawanan nusantara sebagai dongeng pengantar tidur, mereka tidak hanya menghibur tetapi juga menanamkan benih-benih kebaikan dalam benak sang anak.Â
Gatot Kaca, dengan kekuatan dan kesetiaannya, mengajarkan tentang pentingnya membela kebenaran dan melindungi yang lemah. Sementara Cut Nyak Dien, dengan keteguhan dan keberaniannya, menjadi teladan sempurna tentang perjuangan dan pengorbanan demi bangsa. Nilai-nilai seperti kejujuran, keberanian, pengorbanan, dan cinta tanah air dapat disampaikan dengan cara yang lebih mudah dipahami melalui tokoh-tokoh ini. Moral adalah dasar pemikiran seseorang untuk bertindak. Dengan moral, segala tindakan dapat dikontrol dan diatur dengan mudah, yang dapat menghasilkan sikap toleransi antara orang (Eriyanti Putri et al., 2023).
Pendidikan moral dan karakter harus diajarkan sejak usia dini karena perubahan lingkungan secara bertahap menunjukkan perbedaan, dengan pengaruh buruk lebih banyak daripada pengaruh baik (Charina et al., 2023). Gatot Kaca merupakan sosok ksatria dalam pewayangan yang terkenal dengan kekuatan dan kesaktiannya, mengajarkan nilai-nilai keberanian dan tanggung jawab. Melalui kisahnya, anak-anak dapat belajar bahwa kekuatan harus digunakan untuk membela kebenaran dan melindungi yang lemah. Sifat Gatot Kaca yang setia dan berbakti kepada orang tua juga menjadi teladan pentingnya nilai pengabdian dalam kehidupan. Berbeda dengan superhero modern yang seringkali mengandalkan kekuatan fisik semata, tokoh-tokoh pahlawan dalam sastra klasik Indonesia justru mengedepankan kearifan lokal dan nilai-nilai moral yang lebih kompleks. Ini menjadi nilai plus yang tidak bisa diabaikan begitu saja.
Sementara itu, kiprah Cut Nyak Dien sebagai pahlawan nasional memberikan pelajaran tentang keteguhan hati dan pengorbanan. Sosoknya yang pantang menyerah dalam membela tanah air dapat menginspirasi anak-anak untuk memiliki semangat juang dan cinta tanah air. Nilai-nilai feminisme dan kesetaraan gender juga dapat diperkenalkan melalui figur perempuan tangguh ini. Kisah perjuangan Cut Nyak Dien mengajarkan anak-anak tentang ketangguhan seorang perempuan yang tidak mengenal kata menyerah. Di tengah arus feminisme modern, sosok Cut Nyak Dien menjadi role model yang relevan tentang bagaimana seorang pemimpin perempuan bisa memiliki ketegasan sekaligus kelembutan dalam memperjuangkan keadilan. Saat membacakan kisahnya, orangtua bisa menyelipkan diskusi ringan tentang kesetaraan gender dan pentingnya memperjuangkan hal-hal yang diyakini benar, tanpa memandang jenis kelamin.
Dongeng sangat penting untuk penanaman moral yang mengedukasi karena mereka bertujuan untuk menanamkan moralitas pada anak, menumbuhkan kreativitas, meningkatkan kosa kata, dan menumbuhkan imajinasi. Dongeng juga merupakan jenis cerita yang berlangsung dari tahun ke tahun dan diturunkan dari generasi ke generasi. Dongeng adalah media pembelajaran yang tepat untuk menanamkan moral pada anak usia dini (Luar & Fakultas, 2021). Pemilihan waktu yang tepat juga menjadi kunci keberhasilan mendongeng. Saat menjelang tidur, anak-anak cenderung lebih tenang dan reseptif terhadap pesan-pesan moral yang disampaikan. Suasana yang nyaman dan hangat akan membuat pengalaman mendongeng menjadi lebih berkesan dan membantu pembentukan ikatan emosional antara orang tua dan anak.
Selain tokoh-tokoh sejarah dan pewayangan, dongeng rakyat nusantara juga kaya akan nilai-nilai moral yang dapat diajarkan. Cerita seperti Malin Kundang mengajarkan tentang bakti kepada orang tua, sementara kisah Bawang Merah Bawang Putih menyampaikan pesan tentang kejujuran dan kebaikan hati. Keberagaman cerita ini membantu anak memahami kompleksitas moral dalam kehidupan. Dalam era modern ini, orang tua dapat mengadaptasi cara penyampaian dongeng agar lebih relevan dengan kehidupan sehari-hari. Misalnya dengan mengaitkan nilai-nilai moral dalam cerita dengan situasi yang mungkin dihadapi anak di sekolah atau dalam pergaulan. Hal ini membuat pembelajaran moral menjadi lebih konkret dan mudah dipahami.
Di tengah gempuran teknologi dan konten digital yang tidak selalu sesuai dengan nilai-nilai ketimuran, mendongeng tentang tokoh pahlawan bisa menjadi benteng pertahanan moral yang efektif. Namun, yang lebih penting dari sekadar menceritakan kisah kepahlawanan adalah bagaimana orangtua bisa mengaitkan nilai-nilai dalam cerita tersebut dengan kehidupan sehari-hari anak. Dengan begitu, tokoh-tokoh pahlawan tidak hanya menjadi sosok dalam dongeng pengantar tidur, tetapi benar-benar bisa menginspirasi anak untuk menjadi pribadi yang berkarakter kuat dan bermoral tinggi. Mari jadikan waktu sebelum tidur sebagai momen istimewa untuk menanamkan nilai-nilai kepahlawanan yang akan membentuk generasi penerus bangsa yang berintegritas.