Mohon tunggu...
Weninda Ermaninggalih
Weninda Ermaninggalih Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa S1 Fakultas Farmasi Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Makanan dan Kesehatan Mental: Korelasi antara Diet dan Mood

31 Mei 2024   08:00 Diperbarui: 31 Mei 2024   08:14 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://health.indozone.id/ 

Dalam era modern ini, kesadaran akan kesehatan mental semakin meningkat. Seiring dengan peningkatan kesadaran kesehatan mental, banyak penelitian terbaru yang menghubungkan antara gaya hidup dan kesejahteraan emosional. Salah satu aspek yang mulai mendapat perhatian menarik yaitu hubungan antara diet yang dikonsumsi dengan mood atau suasana hati kita sehari-hari. Diet pada umunya merupakan pola makan, yang cara dan jenis makanannya diatur. Diet sangat dianjurkan untuk menjaga kesehatan tubuh secara keseluruhan. Selain itu, diet juga bertujuan untuk mencapai atau menjaga berat badan tubuh agar tetap terkontrol.

Makan dengan pola makan yang baik dan nutrisi yang seimbang dapat meningkat mood atau suasana hati. Berdasarkan penetilian Gibson, asupan makanan berperan penting dalam pengaturan suasana hati dan esmosi sehingga mempengaruhi jenis makanan yang dipilih. Asupan makan yang bervariasi dan sehat mampu meningkatkan daya ingat, konsentrasi, dan bahkan meningkatkan optimisme serta melindungi diri dari depresi. Sebaliknya, makan terlalu banyak makanan olahan , gorengan, atau makanan dan minuman manis telah terbukti meningkatkan kemungkinan kecemasan dan meningkatkan risiko terjadinya depresi.

Sebuah penelitian lain menunjukkan adanya korelasi antara jenis makanan yang dikonsumsi dan mood atau suasana hati. Makanan yang mengandung omega-3, vitamin D, dan probiotik diprediksi mampu memberikan peningkatan mood positif dan penurunan risiko gangguan mood seperti kecemasan atau anxiety. Sedangkan makanan dengan indeks glikemik rendah, seperti sayur, buah, biji-bijian dapat membantu stabilitas gula darah dan mood kita sehari-hari. 

Secara ilmiah, usus mampu memengaruhi perilaku emosional dalam otak, otak juga dapat mengubah jenis bakteri yang hidup di dalam usus. Berdasarkan Asosiasi Psikologi Amerika, bakteri yang terdapat pada usus dapat menghasilkan berbagai neurokimia yang digunakan otak untuk regulasi proses fisik dan mental, termasuk suasana hati. Faktanya, 95% persediaan serotonin tubuh (pengatur suasana hati) diproduksi oleh bakteri usus, sehingga stress yang dialami seseorang seringkali menekan bakteri usus yang bermanfaat. Maka dari itu terkadang kita mengalami sakit perut saat merasa stress.

Dalam realita kehidupan sehari-hari justru makanan menjadi pelampiasan diri dalam memperbaiki mood atau suasana hati. Hal tersebut membuat sebagian orang akan banyak makan dengan pola makan yang berantakan. Selain hal tersebut, makanan yang dipilih justru makanan yang tidak sehat seperti junk food, coklat, dan makanan minuman manis. Banyak orang yang masih menganggap bahwa makanan manis dan makan enak yang tidak sehat merupakan salah satu cara untuk memperbaiki mood. Secara langsung hal tersebut memang terasa menyenangkan dan dapat memperbaiki mood sementara waktu. Namun, perlu diperhatikan bahwa efek jangka panjang hal tersebut akan mempengaruhi kesehatan tubuh. Efek lainnya tubuh yang menerima makanan junk food dan makanan berpemanis memungkinkan terjadinya peningkatan kecemasan.

Suasana hati atau mood memang tergantung dengan jenis makanan dan pola makan yang dilakukan diri. Orang akan cenderung bahagia dan senang jika makanan yang dikonsumsi enak. Tentunya hal tersebut membuat sebagian orang makan hanya untuk memperbaiki suasana hati tanpa memikirkan dampak jangka panjang makanan yag dikonsumsi. Oleh karena itu perlu adanya kesadaran diri untuk membatasi dan menjaga pola makan dalam upaya meningkatkan mood.

Banyak makanan sehat yang lebih kompeten dalam meningkatkan mood. Hal tersebut seperti makanan dengan sayur, buah, dan biji-bijian yang akan memberika dampak jangka panjang. Selain pengaruh makanan, kesehatan mental seperti kecemasan berlebihan dan banyak pikiran akan mempengaruhi lambung dan usus sehingga biasanya akan memberikan rasa sakit. Tentunya hal tersebut juga akan menurunkan suasa hati atau mood dalam diri. Oleh karena perlu adanya keseimbangan antara makanan dan kemampuan dalam mengatur kecemasan atau stress.

Berbeda hal dengan orang yang melakukan diet ekstrim. Mereka cenderung melakukan pembatasan luar biasa akan pola makan dan jenis makanan yang dikonsumsi. Tentunya hal tersebut selain dapat menyiksa fisik juga dapat menyiksa mental berupa mood atau suasana hati. Orang dengan diet ketat cenderung akan mudah marah dan sulit mengatur diri, hal tersebut karena mereka tidak memiliki tenaga dalam mengatur diri.  Selain itu orang dengan diet ketat akan memiliki tekanan mental yang lebih kuat sehingga cenderung mau menyakiti diri sendiri. Dengan demikian perlu adanya kesadaran diri untuk tetap melakukan diet sehat guna kesejahteraan diri sekaligus kesehatan fisik.

Meskipun terdapat korelasi antara kesehatan mental dan makanan, diet tidak bisa diasumsikan sebagai faktor utama dalam kesehatan mental. Faktor-foktor lain seperti faktor biologis, lingkungan, dan kebiasan juga berperan penting dalam kesejahteraan emosional. Oleh karena itu, untuk mencapai keseimbangan kesehatan mental yang optimal penting untuk melibatkan perawatan medis, dukungan sosial, dan tentunya dari diri sendiri untuk dapat menajemen stress.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun