Mohon tunggu...
wenny kurniawan
wenny kurniawan Mohon Tunggu... -

doctor/love traveling, reading, dogs/eager to learn anything new/passionate about life

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Mengemas Ranah Minang Tidak Cukup dalam Satu Ulasan (Part 1)

11 Mei 2016   09:45 Diperbarui: 11 Mei 2016   12:24 347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Happy wedding anniversary, Bear! Yes, we don’t eat at some fancy restaurant to celebrate it, but this one is far more worth every sweat right? =DD. Di sini juga lagi-lagi saya melihat sampah plastik di sesemakan tanaman pinggir tembok!!

Apa maksud dari plastik yang melampir di tumbuhan pinggir tembok?? Padahal di sepanjang tembok disediakan banyak tempat sampah!
Minum dulu sanah... hehehe Beruang cape yah? Bajunya sampe kuyupp

Di sini juga Uda Koin menunjukkan bunga morning glory yang bisa berubah warna dari ungu menjadi biru bila terkena asap rokok. Bagus nih buat indikator pencemaran lingkungan! Jika mau melihat video perubahan warnanya, boleh lihat di instagram saya.

Setelah The Great Wall, kami kembali ke tempat parkir lewat jalan hutan. Sebaiknya pakai sepatu kalau mau ke tempat ini karena pakai sandal malah akan menyulitkan dan memperlambat perjalanan. Kami melewati dasar Ngarai Sianok, sedih sekali melihat hutan yang sudah dibabat dijadikan jalan lewat mobil dan sungai yang sudah tercemar oleh sampah dari pemukiman dadakan penduduk =(

Tempat di mana dulunya isinya pepohonan sekarang sudah gundul dan jadi aspal buat lewat jalan mobil
Belum lagi sungainya jadi tercemar sama aktivitas pemukiman dadakan penduduk sekitar Sianok. Sampai orang-orang sini bilang sama saya :"Ahok disuruh kemari aja buk, supaya alam kita tetap terjaga!" haha

Dari lokasi Ngarai Sianok, kami pergi ke suatu tempat yang jauh lebih natural ketimbang Ngarai Sianok. Hanya ada 1 tempat ngopi di sana, dengan lembah dan sawah dan sungai yang masih bersih dan belum tercemar.

Saya diajak hiking sedikit menyeberang separo sungai dan menyusuri sawah, bisa melihat sapi merumput dengan santainya walaupun ada manusia berdiri di dekatnya.  Suami saya tidak ikut, dia menunggu di tempat ngopi berhubung sudah basah keringat dan betis lelah. Kopi dan suasananya enakk bikin betah, sampai suami saya bisa bilang,”Wah udah duduk di sini rasanya gamau pindah tempat ke mana-mana lagi!” Hihihi...

Tempat yang bikin Beruang mager ke mana-mana lagi
Kopi ini enak banged! Tanpa gula, susu, krimer udah enak dan wangi!
Bagian sungai yang masih belum tercemar.. Semoga manusia ga nyampah sampai di sini
Pemandangan sambil minum kopi.. Saya punya foto yang jauh lebih bagus lagi, ada di instagram saya
Sawah, sapi, pohon, dan manusia hidup berdampingan di sini

Dan foto yang akan saya post berikutnya adalah penyebab mengapa saya tidak akan share tempat ini secara umum : bayangkan saja, apa salah batang kaktus sampai harus diukir-ukir dan ditulisi nama-nama?? Saya sungguh tidak habis pikir dengan kebiasaan vandalisme orang kita! Tanaman bagus-bagus dan tidak salah apa-apa juga tetap saja dirusak!

Pemilik tempat ini menikah dengan orang Belanda, dan kebetulan 2 keponakannya sedang datang berlibur dari Belanda. Dari bahasa Belanda yang diterjemahkan pemilik tempat ini, kira-kira demikian keluhan 2 anak lelaki bule itu ,”Kenapa kaktus ini ditulis-tulisi? Salah mereka apa dan apa juga bagusnya? Perasaan tadi malam masih belum ada tulisan di batang-batang kaktus ini..”. Jadi maaf saja, saya tidak akan memberitahu lokasi tempat ini, walaupun tempat dan kopinya sangat enakkk!

Korban manusia yang tangannya ga pernah sekolah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun