Mitigasi Bencana: Mencegah atau Mengurangi Dampak yang Ditimbulkan Akibat dari Suatu Bencana
Potensi bencana alam sangat tinggi di Indonesia. Beberapa waktu ini gempa ringan terjadi. Pada tanggal 8 Juni 2023 di Pacitan, Jawa Timur baru saja terjadi gempa dengan kekuatan 6,1 SR (@infoBMKG/twitter), gempa ini terasa hingga ke Yogyakarta.Â
Selain gempa bumi, Indonesia juga berpotensi terjadi bencana seperti tsunami, gunung berapi, banjir, pergerakan tanah, kekeringan, erosi, abrasi, cuaca ekstrem, dan lain sebagainya. Dengan berbagai bencana alam yang terjadi di Indonesia, perlunya sebuah mitigasi atau upaya untuk mengurangi maupun mencegah dampak dari suatu bencana.
Yogyakarta adalah kota yang dikenal dengan wisata pantainya. Pantai Kota Yogyakarta terbentang langsung dengan Samudera Hindia. Gelombang yang tinggi serta pantai yang terhubung langsung dengan Samudera Hindia membuat masyarakat merasakan khawatir apabila merasakan sebuah gempa. Potensi ancaman bencana ini menimbulkan rasa khawatir karena masyarakat takut akan terjadi tsunami. Seperti gempa yang terjadi di Yogyakarta beberapa tahun silam.Â
Gempa yang terjadi menghadirkan rasa khawatir hingga menimbulkan rasa takut karena beberapa mengatakan bahwa akan terjadi tsunami. Terjadinya tsunami karena gempa bumi yang besar mengguncang dasar laut, sehingga air laut terguncang dan membentuk gelombang yang besar. Selain gempa bumi dengan kekuatan yang besar, penyebab terjadinya tsunami dapat disebabkan oleh longsoran bawah laut, letusan gunung api bawah laut, hingga sebuah meteor yang jatuh ke bumi (bpbd.kulonprogo.go.id).Â
Dengan kejadian tersebut, dibutuhkan sebuah mitigasi bencana. Mitigasi bencana merupakan salah satu manajemen bencana di tahapan pra bencana atau sebelum terjadinya suatu bencana. Tahapan pra bencana lainnya adalah kesiagaan, peringatan dini dan yang terakhir adalah mitigasi.
Menurut Peraturan Pemerintah nomor 21 tahun 2008, mitigasi bencana merupakan serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana. Beberapa pendekatan yang dapat dilakukan untuk mengurangi maupun mencegah dampak dari suatu bencana adalah pendekatan teknis seperti membuat bangunan atau tempat tinggal dengan kokoh, agar bangunan tidak roboh ketika terguncang dengan gempa.Â
Pendekatan teknis juga dapat dilakukan seperti merancang keamanan untuk menanggulangi banjir dengan membuat tanggul. Kemudian pendekatan kedua adalah pendekatan manusia. Pendekatan manusia berfungsi untuk membantu masyarakat dalam memahami dan sadar mengenai bahaya suatu bencana. Pendekatan yang ketiga adalah pendekatan administratif.
Pendekatan ini dapat dilakukan seperti memberikan pelatihan bencana pada masyarakat dan lembaga pendidikan. Pada pendekatan ini, Yogyakarta dengan potensi bencana alam yang tinggi Pemerintah telah memberikan pelatihan apabila terjadi suatu bencana. Pelatihan ini juga telah diterapkan pada lembaga pendidikan yakni SPAB (Satuan Pendidikan Aman Bencana) (jogjaprov.go.id).
Fungsi dari program ini sebagai upaya untuk menyiapkan sumber daya manusia guna meningkatkan kesiapsiagaan serta kewaspadaan sebelum dan sesudah terjadi bencana. Pelatihan-pelatihan yang diberikan sangat membantu dalam menyelamatkan diri apabila terjadi suatu bencana seperti gempa, tsunami dan banjir. Pelatihan ini juga tidak hanya untuk memberitahu dalam menyelamatkan diri apabila terjadi suatu bencana, namun pelatihan ini juga melatih dalam memberikan pertolongan pertama pada korban yang mengalami luka.Â
Pada program ini Pemda DIY telah menetapkan 55 sekolah/madrasah menjadi Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB). Kemudian pendekatan yang terakhir adalah pendekatan kultural. Pendekatan kultural dilakukan dengan pendekatan budaya dan tradisi, sehingga mampu membangun kesadaran akan bencana pada masyarakat.
Lantas apa yang dilakukan selanjutnya setelah mengurangi atau mencegah terjadinya dampak bencana apabila suatu bencana terjadi? Apabila suatu bencana terjadi peringatan dini akan muncul, namun peringatan dini pada bencana bisa terjadi tanpa peringatan atau terjadi secara tiba-tiba.Â
Dengan begitu, masyarakat dapat menerapkan sikap tanggap darurat untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan. Ketika suatu bencana terjadi, sikap panik akan terjadi pada setiap orang. Perasaan panik ini menjadi salah satu penghambat dalam menyelamatkan diri karena pergerakan yang tidak teratur, pikiran yang berkecamuk.Â
Hal yang dapat dilakukan dalam tanggap darurat biasanya dilakukan oleh ahlinya, dalam hal ini seperti yang dilakukan oleh BMKG (Badan Meteoreologi, Klimatologi dan Geofisika) yang melakukan sebuah pengkajian secara cepat dan tepat terhadap suatu bencana yang terjadi seperti gempa, kemudian BMKG melakukan penyebaran berita yang valid yang dapat dipercaya sebagai pemberitahuan kepada masyarakat. Di Yogyakarta, tepatnya di Kabupaten Bantul, Sanden, terdapat sebuah sirine yang menjadi penanda terjadinya suatu bencana tsunami.
Dengan demikian diperlukannya sebuah mitigasi bencana sebagai bentuk dalam mengurangi atau mencegah dampak yang ditimbulkan akibat suatu bencana dengan menggunakan berbagai pendekatan. Beberapa pendekatan yang ada, Yogyakarta telah menerapkan sebagai mitigasi dari bencana.
NB: Artikel ini dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah Masyarakat Resiko. Namun tidak menutup kemungkinan dibuatnya artikel ini untuk menambah pengetahuan bagi para pembaca, karena data yang digunakan dalam artikel ini dapat dipercaya. Terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!