Mohon tunggu...
Wenie Julianty
Wenie Julianty Mohon Tunggu... -

dicintai mu adalah hal terindah yang terjadi di hidupku..

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tak Selayaknya

8 Februari 2012   02:17 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:56 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1328667263863641429

Hari ini, setelah 1 tahun lalu aku tinggalkan, akhirnya aku kembali memijakan kaki, disini, di kantor yang mempertemukan kita, memperkenalkan kita, menyatukkan kita sebagai partner kerja, tempat penuh kenangan. Bukan.. bukan aku ingin kembali bekerja di kantor ini, bukan juga ingin kembali melamar pekerjaan atau ingin menjadi partner kerja mu lagi, sayang nya bukan itu alasanku kembali kesini. Aku ada meeting pagi ini, di kantormu. Ternyata klien baru di kantorku adalah perusahaan tempat kamu bekerja, kantorku yang dulu, ahh betapa sempitnya dunia ya :) Jam 9 pagi, saat memasuki ruang meeting dan disusul oleh orang-orang dari perusahaan mu, sebagian masih ku kenal sebagiannya baru. Aku duduk di baris ke dua pojok kiri paling depan, di samping Bos ku. Saat bersiap dengan laptop mungilku, kau memasuki ruangan. Dadaku berdegup kencang saat melihat lagi sosokmu, kamu yang 1 tahun sudah tak ku temui. Kamu duduk pas di sebrangku, berhadapan denganku, melihatku kemudian tersenyum. Ahh ada apa ini? perubahan peserta meeting dan aku gak update? Namanya tak masuk daftar hadir peserta meeting, tapi kenapa tiba-tiba dia muncul? kehadirannya membuat aku sedikit kacau, gugup dan entah kenapa tiba-tiba aku jadi blank. Aku memang merindukkannya dan berharap bisa bertemu dengannya ketika sore itu si Boz bilang ada meeting di kantormu, tapi aku tak berharap bertemu kamu di ruang meeting ini. Karna ini mengacaukan otakku, lalu bagaimana aku bisa fokus dengan persentasiku. 2 jam berlalu, dan kini saatnya melangkahkan kaki keluar dari ruang meeting yang entah membuat aku begitu pengap di dalam, terpontang-panting mencari kesadaran, timbul tenggelam dalam ombak kenangan sedangkan aku harus mampu mempertahankan diri untuk fokus dalam pokok bahasan. Ahh entahlah apa pun hasilnya dalam meeting itu, aku tak peduli, yang terpenting aku masih bisa keluar dengan selamat dari ruang meeting ini. Setidaknya aku tidak pingsan atau koma mendadak kan :D "Jolie.." panggilnya saat aku di ambang pintu. Ohh Tuhan, suara itu, 1 tahun sudah aku tak mendengar suaranya, tak mendengar  namaku disebut olehnya. "Jolie, tunggu.." aku bergeming, kakiku bergemetar "Ya" jawabku dengan suara yang kubuat sedingin mungkin "can we talk? for a minute maybe?" "a minute? pembicaraan model apa itu yang hanya butuh 1 menit?" "Aku pikir kamu sangat sibuk, so aku gak berani nahan kamu lebih lama, meski nyatanya aku ingin" "Bicara tentang apa? about this meeting? atau.." "Tentang apa saja, mungkin tentang alasanmu pergi dari kantor ini, yang sampai saat ini masih menjadi misteri untukku" "Oke, give me a minute, aku ketemu bos ku dulu dan setelah itu kita bertemu café itu.. deal?" "Deal" Aku menyerah, rasa rindu ini ternyata lebih hebat dari luka yang dulu pernah begitu mengangga. Aku merindukkannya, rindu menatap mata teduhnya saat kami saling berbicara, rindu riuh tawanya, rindu waktu-waktu yang kami bagi bersama. Ohh Tuhan, aku mengingkari janjiku, janji untuk tidak lagi menemuinya.. Maafkan aku.. Café "Café ini gak berubah ya, tata letaknya furniturenya, aksesorisnya.. masih sama" kataku begitu memasuki Café. Dua kursi terpojok di Café ini adalah tempat favorit kita saat coffee break atau sekedar melepas penat, saat tubuh kita butuh di isi dengan secangkir kafein dan berbatang-batang nikotin, atau saat kita sedang sama-sama rindu untuk berbagi cerita dan tak sabar menanti jam makan siang. "mmhh.. jadi apa?" tanyamu seraya memutar kursiku agar bisa berhadapan denganmu "apa?" "alasanmu resign 1 tahun yang lalu?" "dapat tawaran yang lebih baik, seperti yang kamu baca di surat mundurku kan?" "kamu bohong, aku gak percaya kalo alasanmu cuma itu" "memang itu alasanku Bian, emang kapan aku bohong sama kamu?" "Jolie.. please, Coz I know U so well makanya aku tau kapan kamu bohong atau jujur" "Memang sudah waktunya aja Bi, aku keluar dari kantor ini, mencari pengalaman baru" "Tapi kenapa mendadak dan gak cerita ke aku sebelumnya?" "Kalo aku cerita, udah pasti kamu nahan-nahan aku untuk gak resign dengan semua argumen-argumen kamu kan?" "Jadi benar, kata mereka kamu resign karna aku? karna kamu ingin meninggalkan aku?" Hening sejenak, seketika aku kehilangan kata-kata "Jolie.. what's wrong? Kamu marah sama aku, sampai kamu harus pergi?" "Bukan Bi, gak ada yang salah koq, aku juga gak marah sama kamu, aku hanya.." "Did U know, aku begitu kacau tanpamu, I miss U so badly" "Me too.." Pelayan mengantarkan pesanan kami, dua cangkir kopi hitam pekat panas. Aku menempelkan batang kecil putih mulus berisi ratusan racun di bibir ku dan kau jentikan pematik, mulai membakarnya sesaat kemudian hausku sirna akan nikotin. Kau, ahh kau selalu nampak sexy saat merokok, saat kau hembuskan asap nikotin dari bibir tipismu, saat kau berbicara, tertawa aroma tembakau begitu kuat menghajar indra penciumanku, begitu mengairahkan.. "it's been 3 years I've been waiting for U.. mencintaimu dalam diam, berharap kamu mengerti, tapi kenapa kamu harus pergi, resign gitu aja tanpa penjelasan ke aku?" "Bi.. aku.. aku.." aku tergagap "Apa karna kamu gak tahan dengar gosip2 sialan di kantor kita? selintingan komentar pedas dari orang-orang penghuni kantor ini? apa karna itu Jolie, kamu akhirnya pergi?" "Bi.. " mendadak aku tak tau harus berkata apa "Persetan dengan mereka semua.. Aku mencintaimu Jolie" "Aku juga mencintaimu Bian, karna itu aku harus pergi" "Kenapa??" Karna Adam tak selayaknya bersanding dengan Romeo.. dan karna kamu Bian Nugraha tak selayaknya bercinta denganku Jolieanto Putra.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun