Tulisan ini ditujukan kepada seseorang yang sedang berada di zona nyamannya
Di kehidupan manusia pasti melewati berbagai rintangan, baik rintangan yang mudah ataupun ekstrim. Manusia tidak luput dari perasaan ingin menyerah karena banyaknya rintangan yang diberikan. Ketika manusia sudah menemukan zona nyamannya, biasanya manusia akan lebih memilih untuk tinggal di dalam zona nyamannya dalam rentang waktu yang cukup lama. Ketika kita sebagai manusia sudah lelah menghadapi banyaknya rintangan dan persoalan hidup, kita seringkali merasa ingin istirahat, namun ketika istirahat itu diberikan sebagai zona nyaman kita, kita menjadi terlalu nyaman sehingga tidak ingin bangkit dan ingin tetap berada di zona nyaman karena terkadang kita sebagai manusia takut untuk keluar dari zona nyaman hanya karena takut melewati rintangan dan persoalan hidup yang jauh lebih sulit daripada sebelumnya.
Saya ingin membahas tentang zona nyaman yang dapat membutakan kita dan menjadi seseorang yang jauh berbeda dari sebelumnya. Saya pernah merasa nyaman dan tidak ingin keluar dari zona nyaman saya hingga akhirnya saya dipaksa oleh keadaan untuk keluar dari zona nyaman saya sendiri. Pada awalnya saya merasa bahwa dunia tidak adil karena saya dipaksa untuk keluar dari zona nyaman saya yang sangat saya sukai. Namun setelah beberapa saat saya merenungkan kembali, saya merasa mata saya terbuka dan menilai bahwa zona nyaman dapat membutakan saya tanpa saya sadari. Memang membutuhkan waktu yang agak lama hingga saya akhirnya menyadari bahwa saya dibutakan oleh zona nyaman. Seperti pepatah "Gajah di pelupuk mata tidak terlihat, semut di seberang pantai nampak jelas" yang artinya kesalahan orang terlihat jelas, sedangkan kesalahan kita sendiri sulit dilihat.
Mengapa zona nyaman bisa membutakan saya? Karena ada beberapa hal yang saya sadari ketika saya sudah keluar. Ketika saya berada di zona nyaman, yang saya pikirkan dan pedulikan hanya saya sendiri. Saya merasa tidak peduli tentang hal-hal yang terjadi di luar zona nyaman saya, sehingga ketika mata hati saya terbuka, saya sadar bahwa ada banyak hal yang terjadi di luar zona nyaman saya yang bahkan sebelumnya saya tidak tahu dan tidak saya sadari.
Zona nyaman memang asyik dan menggiurkan, tapi terkadang zona nyaman juga bisa membuatmu tidak bisa melihat lingkungan sekitar dan berpikir bahwa kita sedang berada di zona nyaman dan tidak boleh di ganggu gugat. Ketika kita berada di zona nyaman, kita lupa bahwa kita adalah makhluk sosial yang membutuhkan bantuan satu sama lain dan tidak bisa hidup sendiri.
Zona nyaman layaknya kasur yang berada di dalam ruangan ber-AC yang sejuk. Kita digambarkan sebagai orang yang ingin mengejar mimpi sebagai pemenang lari marathon tingkat internasional. Kita mengikuti latihan untuk lomba lari marathon di lapangan yang panas. Kita pasti akan memilih ruangan ber-AC sebagai tempat istirahat setelah merasakan lelah dan panas di lapangan. Tapi apakah setelah kita sejuk kembali, kita kembali ke lapangan yang panas untuk melanjutkan lomba ke tingkat yang lebih tinggi atau lebih memilih tetap berada di ruangan ber-AC? Jawaban tergantung kita sendiri, lebih memilih untuk mengejar mimpi atau ingin tinggal di zona nyaman dan melupakan mimpi kita sendiri. Karena pilihan hidup akan lebih efektif apabila kita sendiri yang menentukannya. Jadi, jika ingin mimpimu terkabul, kejarlah mimpimu dan keluarlah dari zona nyamanmu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H