Mohon tunggu...
Wendy Pratama Lacosta
Wendy Pratama Lacosta Mohon Tunggu... Penulis - Student

Saya menulis esai tentang keberagaman yang terjadi di Indonesia sampai di dunia.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Keluar dari Lingkungan Rasis

8 Juli 2023   12:05 Diperbarui: 8 Juli 2023   12:06 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input sumberImage by macrovecto on Freepik.com

Mungkin bagi sebagian besar manusia, hampir atau bahkan tidak ada sama sekali tindakan rasisme. Namun bagi sebagian manusia yang lainnya, tindakan rasisme masih beredar di lingkungannya. Entah itu rasisme tentang Agama hingga suku dan ras. Untuk mendalami apa saja yang telah dilakukan pelaku rasisme, saya sudah merangkum jawaban dari orang orang yang berhasil melarikan diri dari lingkungan mereka yang tidak sehat.

Sebelum kita menggali bagaimana cara teman teman kita ini keluar dari lingkungan rasismenya, kita juga perlu mengetahui apa alasan pelaku untuk melakukan tindakan tersebut. Setelah dipikir secara kritis, alasan mereka melakukan rasisme kepada orang yang dia pikir berbeda dari dia adalah pola pikir dimana dia berkembang hingga perasaan dendam kepada suatu pihak. 

Ada pengguna media Quora bernama Brian yang dengan senang hati memberitahu kisahnya. Bahwa dia dulu adalah seorang warga indonesia keturunan tionghoa yang melakukan tindakan rasisme kepada masyarakat suku Jawa. Hal ini Karena saat dia kecil, dia ditanamkan dengan ajaran "Orang keturunan berbeda kelas dengan orang pribumi atau orang Jawa." Namun seiring dewasa, dia menghilangkan pemikiran turun temurun tersebut dengan alasan bahwa pemikiran ini hanyalah omong kosong dan menganggap ajaran tersebut adalah ajaran sesat.

Dendam juga adalah salah satu pendorong seseorang untuk melakukan rasisme. Salah satunya adalah pengguna forum Quora bernama Kinata. Kinata sangat membenci orang pribumi Indonesia karena tidak mau meminta maaf terlebih dahulu kepada korban kerusuhan 1998, khusunya untuk etnis Tionghoa. Kinata juga berkata bahwa yang meminta permintaan maaf pasti hanya formalitas belaka.

Sudut pandang pelaku sudah dikupas. Yang bisa saya simpulkan sebagai penulis, tindakan rasisme adalah suatu respons manusia atas tindakan yang dilakukan oleh manusia lain yang dianggap berbeda dari fisik atau jiwa. Rasisme muncul dengan alasan, entah itu berupa dorongan lingkungan atau dengan berupa tindakan yang kurang mengenakan dari sesama manusia di dekatnya.

Berpindah ke sudut pandang korban rasisme, penulis forum di Quora yang bernama Syelly membagikan pengalamannya. Selama masa remaja, kak Syelly sudah mendapatkan tindakan diskriminasi ras di sekolah. Dari SD hingga SMP, kata-kata "Item", "Ambon", "Papua" dan "keriting" selalu dilontarkan oleh teman temannya. Pelaku rasismenya sendiri berasal dari orang orang pribumi. Dan akan terus seperti itu selama 14 tahun. Didalam waktu 14 tahun tersebut, sebagian besar masa remaja dan dewasa muda kak Syelly merasa sangat jelek dan sangat tidak percaya diri.

Menyimpul dari curahan hati kak Syelly, bisa ditemukan efek buruk rasisme yang dapat merusak kesehatan mental korbannya. Bagi pelaku mungkin tidak akan mendapatkan efek buruk tersebut dan malah merasakan kesenangan sementara yang berupa dirinya adalah orang yang istimewa. Namun tindakan rasisme adalah tindakan yang merugikan bagi korban. Korban bisa saja bunuh diri jika sudah muak dengan ejekan tersebut. Maka dari itu, saya sebagai penulis esai ini menyimpulkan beberapa cara untuk mencegah hingga menghapus tindakan rasisme dari lingkungan masyarakat.

Hal tersebut bisa berupa seminar tolak rasisme yang dilakukan di perkampungan dengan tujuan untuk mengurangi sumber rasisme dengan ilmu pengetahuan dan logika. Dengan dibantu pembicara yang lebih paham di bidangnya, ilmu sosial di lingkungan masyarakat akan terbuka. Manfaatnya sendiri bisa berupa wawasan baru, merubah cara pandang seseorang kepada orang lain dan mengurangi tindakan rasisme. Salah satu cara lainnya yang bisa dilakukan adalah bersahabat dengan orang yang entah itu berbeda ras, suku ataupun hingga Agama. Saya yakin dan percaya, pada saar tali persahabatan dengan orang yang berbeda dengan kita dijalin, kedamaian akan tercipta.

 "Rasisme adalah ancaman paling buruk manusia terhadap manusia - Kebencian maksimal dengan alasan minimal" ~Abraham J. Heschel

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun