Mohon tunggu...
Wendy Pratama Lacosta
Wendy Pratama Lacosta Mohon Tunggu... Penulis - Student

Saya menulis esai tentang keberagaman yang terjadi di Indonesia sampai di dunia.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Budaya di Mana Klarifikasi Dijadakan Alat Panjat Sosial

1 Juli 2023   13:47 Diperbarui: 1 Juli 2023   13:51 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image by pikisuperstar on Freepik.com

Di era digital seperti saat ini telah terjadi fenomena yang sering terjadi di Indonesia. Tindakan klarifikasi setelah melakukan hal hal yang merugikan bagi suatu pihak. Saat ini mulai marak budaya klarifikasi di semua media massa, entah itu di Tiktok, Instagram atau Twitter. Namun apa alasan orang-orang ini melakukan tindakan tersebut?

Dilansir dari kamus besar bahasa Indonesia, klarifikasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang atau kelompok dalam rangka penjernihan, penjelasan, dan pengembalian kepada apa yang sebenarnya. Klarifikasi sendiri adalah tindakan yang terpuji karena berupa tindakan yang mencegah adanya false information atau kesalah pahaman diantara masyarakat. Namun hal mengklasifikasikan ini sering di salah gunakan oleh orang orang untuk dijadikan alat memanjat jumlah pengikut di media sosial. Hal ini dikarenakan jika ada seseorang yang membuat video klarifikasi apalagi setelah melakukan tindakan yang tidak terpuji, video klarifikasi tersebut akan ditonton oleh banyak orang dan yang pada akhirnya membuat seseorang menjadi terkenal tetapi terkenal dengan tindakan buruknya.

Contoh kasus di media sosial yang sudah terjadi adalah kasus tentang sekelompok mahasiswa KKN dari Universitas Negeri Padang yang mengkritik kampung tempat KKN-nya yang berada di daerah Bungus Teluk Kabung dengan tidak sopan di media Tiktok. Tindakan tidak terpuji yang mereka lakukan lantas membuat warga kampung menjadi marah dan terganggu dengan tindakan tidak sopan yang dilakukan para mahasiswa sebagai "tamu" di kampung mereka. Karena kesal, para warga memutuskan untuk mengusir sekelompok mahasiswa tersebut secara paksa. Tiba-tiba setelah adanya peringatan pengusiran dan hujatan panas dari netizen Indonesia, sekelompok mahasiswa tersebut melakukan sebuah video klarifikasi atas tindakannya di dalam video tersebut.

Yang bisa dipetik dari kasus tersebut adalah hasrat ingin dikenal semua orang itu nyata dan adanya rasa inilah yang perlu kita tahan. Alasan para mahasiswa tersebut pun berkata 'kami kebablasan," yang menyatakan seseorang atau sekelompok orang yang dikenal menjadi mahasiswa masih bisa terkecoh dengan hasrat ingin terkenal. Tentu hal yang sangat disayangkan apalagi biaya kuliah di era saat ini masih dibilang mahal. Dengan harga yang sebegitu banyaknya diharapkan mahasiswa mendapatkan ilmu yang berguna untuk masa depan negara, bukan melakukan hal hal negatif seperti kasus yang diatas. Memang benar, tindakan kritik itu tidak apa apa. Namun kritikan tersebut juga harus dibawakan dengan sopan dan dengan mengajukan solusi.

Hasrat ingin terkenal adalah hal mutlak di hati manusia. Kita tidak bisa menghilangkan hasrat tersebut dari hati kita, tetapi kita bisa menguranginya dengan mengawali semua kegiatan yang akan kita lakukan dengan renungan. Apakah tindakan yang akan kita ambil adalah hal yang benar untuk dilakukan dan apakah benar bagi masyarakat? Hal simpel ini membantu saya di setiap penulisan esai, saya selalu menanyakan diri saya setiap kali ingin menulis esai dari suatu isu. Dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun