Mohon tunggu...
Wendi Edunesia
Wendi Edunesia Mohon Tunggu... wiraswasta -

Founder and CEO Edunesia , Penulis yang giat mengajar untuk masa depan anak-anak Indonesia >> @wendys182 @edunesia_id

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Buku Klasik Koperasi 1941

13 Maret 2014   18:49 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:58 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Buku klasik berjudul "10 Tahun Koperasi (1930-1940)" karangan R.M Margono Djojohadikusumo diterbitkan Balai Pustaka Batavia terbit tahun 1941. Buku ini terbit tahun 1941 tetapi selesai pada tahun 1940 mulanya dalam Bahasa Belanda kemudian diterjemahkan oleh H.B Yasin. Koperasi lahir 12 Juni 1947 tetapi kalau kita merinci dari buku ini koperasi sudah hadir di Hindia Belanda sejak 1896 dan sejak awal 1900-an sudah banyak koperasi-koperasi bediri terutama di jawa barat, jawa tengah, dan jawa timur yang teridir dari koperasi kerajinan, pertanian, peternakan dan banyak lagi.Jadi koperasi dan kredit rakyat sudah lebih dahulu diperkenalkan pak Margono sebelum Moh. Hatta. R.M Margono Djojohadikusumo pada zaman Hindia-Belanda menjadi inspektur perkreditan rakyat kemudian pada zaman pendudukan Jepang diperbantukan pada bidang perekonomian pemerintah Mangkunegara. Pada awal kemerdekaan menjadi pendiri dari Bank Negara Indonesia (BNI) 1946 yang sekaligus menjadi presiden direktur yang pertama.lalu juga mendirikan Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo). Kemudian di bidang kelembagaan negara Pak Margono adalah ketua Dewan Pertimbangan Agung (DPA) yang pertama pada tahun 1945. Pada tahun 1949 Pak Margono menjadi anggota delegasi Konferensi Meja Bundar (KMB) bersama dengan anaknya Soemitro Djojohadikusumo.Pak Mitro ketika itu menjadi perwakilan dari New York yang datang ke KMB, tetapi Pak Margono diminta menjadi tim penasihat delegasi oleh Mohammad Hatta. Ketika tanggal 18 Desember 1948 waktu itu Pak Margono menjadi Direktur Utama BNI ikut menyeludupkan 7 ton emas batangan ke Manila dengan cap BNI. Kemudian dijual disebuah kasino di Makau dan inilah menjadi modal untuk diplomasi Republik Indonesia di luar negeri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun