Mohon tunggu...
Wendy Lesmana
Wendy Lesmana Mohon Tunggu... lainnya -

sekolah alam

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Irul Ingin Meng-ada (Falsifikasi terhadap Teori A. Masslow)

23 September 2012   09:41 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:52 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Panggil dia Irul, yang mencoba mengada dalam dunia ketiga yang serba susah. Untunglah dia ada didesa, ya.. walaupun tidak terlalu bahagia, namun paling tidak lebih baik jika dibandingkan dari anak kota, yang telah menghamba pada berhala buatan media massa. Tak punya sawah tak punya mertua, bahkan ayah, demikian nasib Irul, untung saja dia punya emak dan satu adik perjaka yang tinggal bersamanya. Kerja adalah aktivitasnya, untuk membuat dia dan keluarga tetap menyembah yang maha kuasa. Sayang! doa tak selalu dapat memberi jawaban, akan segala ujian tentang susahnya hidup. 600 ribu bisa dibilang gaji yang didapatkan Irul, saat bulan meninggalkan hari tuanya, cukup nggak cukup ya segitu kata mandornya, yang baru genap sebulan menikmati arti kuasa dalam lindungan negara.

Siapa bilang Irul adalah dewa yang katanya mirip manusia, manusia ya manusia, begitupun juga si Irul, yang masih tetap meyakini bahwa dirinya adalah makhluk hidup yang sempurna, jikapun memang sempurna. Teman, wanita dan cinta juga ia minta untuk mewarnai hidup yang penuh noda. Pagi sampai senja dia bekerja, lalu malam menunggunya di warung sebelah mushola, ketika irul selesai beribadah. Tawa selalu ditunggunya, untuk menghibur jiwa yang seharian teralienasi dari raga, demi mengakui arti rupiah. Sayang dan malang temannya sudah mengamini apa kata kota, “yang kaya ayo ama kita, yang susah ke laut aja”. Tak disangka tak dinyana (kata orang jawa), teman irul sudah mengadopsi kacamata yang didapat dalam pelajaran etika dari Eropa, tanpa motor mendingan kamu molor dan Irulpun terpaksa tak punya kesempatan dilirik cewek-cewek menor. Cemburu, marah dan susah, nasib klise yang dialami manusia tak berharta dan tak bertahta, yang hidup dalam jeruji kungkungan media massa. Teman, wanita dan cinta pun dia lempar bersama anjing dalam kalimat-kalimat sampah walau tak mengerti definisi sumpah serapah.

Pulang ah....., toh wanita tidak hanya ada dalam dunia nyata saja, di sinetron malah lebih waah!!!. Antara dunia fiksi dan nyatapun tak bisa dipahami dalam memaknai representasi media, yang katanya memiliki etika dan moral. Tak ayal, apa yang disajikan media di telannya mentah-mentah, dari cara makan ala Italia hingga bagaimana jurus 30 cara mendapat wanita yang dicinta dan dipuja. Kesadaranpun telah hambar, saat irul memutuskan untuk menampar kenyataan, bahwa dia bisa memiliki motor, dengan mempersilahkan bank mengambilkan gajian setiap bulan, dari sang manajemen perusahaan. Emak tak lagi disimak, saat memaknai realitas media dan temannya, yang selalu memuja gaya untuk mengada dalam dunia makna. Tapi apalah daya, motor tak bisa mengganti sajian menu makanan keluarga, puasa adalah jalan keluar bagi kehidupan irul, emak dan adiknya. Hanya sapaan dan senyuman teman yang mendampingi dia melewati rasa lapar kehidupan, dan itupun hanya sekedar kemasan. Cinta dan wanita ternyata masih enggan melirik hidupnya, ah.......  rupanya motor yang dikredit demi mendapatkan arti remaja, belum mampu membuat dirinya diterima sebagai anak muda kota. Sesal jadilah kesal, yang pada akhirnya memberikan pengertian mengenai makna keluarga dan bahagia dalam arti yang sesungguhnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun