Mohon tunggu...
Wendie Razif Soetikno
Wendie Razif Soetikno Mohon Tunggu... profesional -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Wendie Razif Soetikno, S.Si., MDM.\r\n\r\nAlumni AIM (Asian Institute of Management), Philippines (MDM 99). Alumni S-1 Kimia IPB (Nrp G26.1748). Alumni D-3 Kimia IKIP Malang (Nrp 24416). Alumni SMA St. Maria, Jl. Raya Langsep No.40 Malang. Alumni SMP St.Josef, Jl.Brigjen Slamet Riyadi No.58 Malang. Alumni Sd St.Josef, Jl.Semeru No.36 Malang\r\n\r\n \r\n\r\n\r\nBlog1 : http://menatapfajar.blogspot.com\r\nBlog2 : http://putrafajar-putrafajar.blogspot.com\r\n

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Terpuruk? Saatnya Bangkit! Orang Dinilai dari Kemampuannya untuk Bangkit (Lagi)

7 November 2011   13:58 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:57 407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Tuhan tidak menjanjikan langit akan selalu biru, tapi yang Tuhan janjikan adalah penyertaanNya saat badai menghadang" Banyak orang lebih senang meratapi kegagalannya dan menikmati keterpurukannya.  Apa tanda-tandanya?  Orang mulai kehilangan keyakinan, energi dan minat. Itulah yang terjadi pada bangsa kita menjelang SEA GAMES ke 26 di Palembang-Jakarta tanggal 11-25 November 2011 ini.  Kita mulai kehilangan keyakinan - bukan saja keyakinan untuk menang, bahkan keyakinan bahwa SEA Games akan terselenggara dengan suksespun banyak diragukan.  Kita mulai kehilangan energi untuk mencari solusi ditengah badai isu korupsi Wisma Atlet yang melibatkan Sesmenpora : Wafid Muharram.  Kita mulai kehilangan minat untuk membicarakan upaya peningkatan prestasi melalui PRIMA (Program Indonesia Emas).    Padahal semua orang sadar bahwa melalui prestasi olah raga itulah dipertaruhkan nama negara dan kehormatan bangsa kita. Kita semua lupa bahwa seluruh sumberdaya kita curahkan untuk persiapan arena pertandingan, semua kekuatiran dan kemasgulan kita melulu terpaku pada upaya penyelesaian arena pertandingan, lupa bahwa persiapan atlet adalah kunci utama untuk meraih sukses pada pesta olah raga akbar ini.  Slogan Ayo, Indonesia Bisa ini sekarang terkubur oleh hiruk pikuk pesimisme kesiapan arena pertandingan, yang sebenarnya bisa dikebut memenuhi tenggat waktu penyelesaiannya.  Mental atlet kita korbankan ditengah karut marut persiapan SEA GAMES ke-26 ini. Apa yang masih dilakukan untuk mendukung Ayo, Indonesia Bisa 1. Kita semua hendaknya memikirkan sejenak apa yang akan terjadi bila kita tidak segera bangkit Kita akan menjadi paria di negara sendiri.  Ini saatnya Pemerintah mengobarkan semangat nasionalisme dan patriotisme kita.  Pemerintah harus cooling down, tunda semua keputusan Pengadilan Tipikor, tunda pembahasan RUU yang kontroversial seperti RUU Keistimewaan Yogya, para Menteri supaya "puasa bicara" untuk menghindari polemik baru, dll.  Dialog dengan masyarakat Papua harus segera digelar, sebelum isu Papua ini "disambar" oleh para wartawan asing yang meliput SEA GAMES ke-26 ini.  Kalau Pemerintah tetap over reaktif, maka masyarakat akan menjadi apatis, SEA GAMES ini akan dianggap gawe Pemerintah, masyarakat akan menjadi penonton dan ini berbahaya : kegagalan hanya soal waktu. Apakah masih ada jalan untuk mengobarkan semangat nasionalisme dan patriotisme ini?  Masih, bila semua pihak yang bermasalah undur diri.  Ketidak-hadiran Menpora pada kunjungan Wapres ke berbagai arena pertandingan untuk melihat kesiapan arena  SEA GAMES ini adalah salah satu cara yang cantik untuk mengatasi apatisme masyarakat.  Cara lain adalah mengedepankan peran dari INASOC dan meminimalkan peran dari Kemenpora, agar sentimen negatif publik dapat diredam. Komunikasi yang konstruktif adalah kunci untuk mengobarkan semangat nasionalisme dan patriotisme ini. Maka gerakan untuk mendukung atlet-atlet yang akan bertanding dalam SEA GAMES seperti yang dilakukan oleh YOI (Yayasan Olahraga Indonesia) atau sosial media (melalui Twitter dan Facebook) perlu terus digalakkan dalam hari-hari yang tersisa ini. 2. Kembali ke saat dimana kita merasa hebat Waktu yang tersisa beberapa hari ini dapat dipakai untuk memunculkan atlet-atlet Indonesia yang pernah meraih prestasi dunia guna memompa semangat Ayo, Indonesia Bisa Cara ini sudah ditempuh oleh Kompas TV lewat acara Big Baz yang mengetengahkan Verawati Fadjrin, Susy Susanti, Taufik Hidayat dan pemeran film "King" : Mamiek Prakoso.  Acara-acara semacam ini dapat direplikasi oleh stasiun TV lain demi mengobarkan semangat Ayo, Indonesia Bisa 3. Pikirkan negara-negara yang tak seberuntung kita Banjir yang sudah tiga bulan ini melanda Thailand tentu sangat mempengaruhi persiapan atlet-atlet Thailand dalam SEA GAMES ke-26 ini.  Cabang olahraga apa saja yang bisa direbut dari dominasi atlet-atlet Thailand harus segera dipetakan agar road map menuju Juara Umum dapat segera disinergikan.  Target 150 medali emas adalah hasil akhir dari penerapan Ayo Indonesia Bisa. 4. Pikirkan seberapa kuat kita saat bangkit. Sudah lama rakyat kehilangan rasa percaya diri setelah hilangnya Pulau Sipadan dan Ligitan, atau setelah banyaknya kasus penindasan para TKI dan TKW kita di berbagai negara, atau setelah derasnya impor garam, impor beras dan impor berbagai produk RRC di pasaran, kita tidak lagi menjadi tuan di negeri sendiri. Maka keberhasilan sebagai Juara Umum SEA GAMES bukan hanya memupus rasa duka masyarakat yang sudah lama melihat absennya negara dalam kehidupan masyarakat.  Negara bisa menunjukkan perannya secara nyata dalam penyelenggaraan SEA GAMES yang sukses.  Slogan Ayo, Indonesia Bisa tidak hanya menjadi kata-kata yang nir makna seperti pidato-pidato para pemimpin itu. Maka Upacara Pembukaan harus dibuat megah untuk mengobarkan semangat bertanding  dan mengangkat harkat serta martabat tuan rumah. Hal ini nampaknya sudah dirancang dengan baik melalui penampilan Upacara Pembukaan yang diusung oleh Kelompok Kompas Gramedia dan Kemdikbud. 5. Pantang menyerah Jika menyerah bukanlah pilihan bagi para atlet Indonesia yang dilandasi semangat Ayo, Indonesia Bisa, maka mereka akan melakukan hal yang berbeda. Mereka akan mencari pendekatan yang berbeda untuk meraih medali! Jika dipikiran para atlet itu sedikit saja terlintas pikiran bahwa mereka bisa mengendurkan semangat bertanding kapanpun mereka mau, maka mereka ditakdirkan gagal. Karena mereka memiliki pilihan lain, maka setiap kali mereka kurang kuat berusaha, pikiran mereka akan selalu melihat pilihan lainnya. Jadi hilangkan pilihan untuk menyerah.  Sekarang atau tidak sama sekali.  Ayo, Indonesia Bisa

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun