Seiring ganasnya hantaman ombak Selat Malaka hingga mengakibatkan abrasi parah, warga sekitar memindahkan rumah penyembahan Datuk Ladang Kecil lebih jauh ke daratan.
"Kalau posisi dan bentuk bangunan itu Datuk yang minta. Kami tidak bisa suka-suka sendiri. Termasuk bulan bintang, itu Datuk yang suruh," ungkap Amo.
Rumah Amo tidak jauh dari klenteng tersebut. Hampir setiap harinya dia melayani warga yang datang ke Kelenteng Datuk Ladang Kecil. Mulai dari keperluan berobat hingga minta usaha perdagangan mereka lancar.
"Kalau untuk kebaikan Datuk mau bantu. Tapi kalau minta nomor (togel) dia tak mau kasih. (Datuk) bisa marah," katanya.
Perempuan yang masuk generasi keempat sebagai pelayan Datuk itu mengaku, Datuk juga melarang makanan haram dalam agama Islam masuk klenteng. Seperti arak, babi ataupun perempuan dalam keadaan haid.
"Kalau makan babi hari ini, besok baru boleh datang klenteng. Saat sembahyang cuma boleh ayam atau ikan. Kambing juga Datuk suka," timpal Acu, 61, suami Amo.
Datuk Datang Kecil juga memilik hari ulang tahun. Yakni setiap bulan September yang selalu diramaikan pengunjung dari berbagai daerah.
"Acaranya dua malam. Ramai datang dari Pekanbaru dan Batam. Ada musik dan joget sokop," jelas Acu.
Dari cerita orang-orang tua disana, lelaki yang sudah puluhan tahun menetap di kampung istrinya itu mengisahkan, Datuk Ladang Kecil adalah seorang perempuan. Tidak ada patung, hanya sebuah papan bertuliskan Datuk Ladang Kecil dalam huruf arab melayu. Kemudian suatu hari nelayan yang mencari ikan di Selatmalaka menemukan sebuah patung yang tersangkut jaring. Patung itulah yang kini disimpan dan disemayamkan di kelenteng tersebut.
"Dulu cuma tulisan aja. Sekarang ada patung tapi cowok. Aslinya Datuk itu cewek," ungkapnya.