Gerakan koperasi telah menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah perjalanan bangsa. Dinamika ekonomi dalam masyarakat khususnya menengah ke bawah sudah berlangsung jauh ke masa sebelum kemerdekaan pada awal abad 20.Â
Maka tidak heran jika dalam perjalannya, koperasi dianggap adalah soko guru pereknomian nasioanl. Karena selain latar belakang sejarah tersebut, keberadaanya telah berperan penting utamanya sebagai penggarak dengan karakteristik pada pemberdayaan ekonomi rakyat disamping juga telah menjadi jangkar dan penghubung dalam industri rantai pasok nasional.Â
Dengan kekuatan tersebut koperasi telah merentang jauh ke berbagai bidang sektor usaham sejak dari produksi, pemasaran,konsumsi hingga simpan pinjam. Apalagi jumlahnya secara nasional anggotanya tercatat sebanyak 24,44 juta orang dan volume usaha mencapai lebih dari Rp285 triliun, Â maka postur tersebut menjadi sesuatu yang tak bisa diabaikan dalam bagian pergerakan ekonomi nasional.
Namun modal besar dan keanggotaan yang hampir merata di seluruh tanah air tersebut juga harus menghadapi beragam tantangan, khususnya pada masa era digital dimana serta anak muda yang pola pikirnya sudah banyak berubah juga mulai jarang ikut terlibat dalam gerakan ini. "Maka yang perlu dipikirkan oleh gerakan ini adalah disrupsi yang diakibatkan oleh teknologi digital yang mungkin bagian sebagian kita melihat tidak ada keterhubungan satu sama lain.
 Namun sejatinya, keduanya punya prinsip sama, dimana digital itu berbasis anggota, dan jaringan. Maka koperasi perlu mempertimbangkan hal tersebut jika ingin melihat koperasi menjadi tiang ekonomi nasional" kata  Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto saat berbicara di  acara Puncak Peringatan Hari Koperasi Nasional ke-77 yang bertemakan "Koperasi Mitra Pemerintah Membangun Ekonomi Nasional Yang Berdaulat dan Mandiri Menuju Indonesia Emas" di Batam, Kepulauan Riau, Jumat (12/7/2024).
Persoalan cara pandang tersebut menjadi tantangan berat disamping isu lain yang juga perlu ditangani, seperti  daya saing Koperasi dan sumber daya manusia. Maka untuk mengatasi persoalan tersebut sudah saatnya Dewan Koperasi Indonesia (DEKOPINDO) mulai memikirkan program dan gerakan koperasi yang menyasar anak-anak muda.
Upaya tersebut menjadi semakin urgent dalam kaitan dengan transisi yang akan berlangsung dalam upaya menuju Indonesia Emas 2045."Periode 2025 sampai 2035, tahap pertama sampai tahun 2030, itu sangat krusial. Karena ini berbasis ketersediaan sumber daya manusia dan sumber generasi muda.Â
Dan kita ingin agar gerakan Koperasi oleh DEKOPINDO tidak melupakan generasi muda. Generasi muda ini sekarang, generasi milenial ini, selain mereka penting, mereka juga mempunyai literasi yang tinggi terhadap digitalisasi," tandas Menko Airlangga yang juga Ketua Umum Partai Golkar tersebut
Pada acara tersebut, jumlah peserta yang hadir langsung tidak kurang dari  2.300 orang, sementara  25.000 peserta lain berpartisipasi secara secara online dari seluruh unsur gerakan koperasi Indonesia seperti Dekopin Pusat, Dekopinwil, Induk Koperasi, koperasi primer dan sekunder Provinsi Kepulauan Riau, dan perwakilan masyarakat koperasi seluruh Indonesia ini, juga dilakukan penandatanganan MoU antara DEKOPIN dengan Telkomsel serta Launching Ekosistem Digital Koperasi Unit Desa (KUD) dalam Supply Chain Terintegrasi.Â
"Kita juga perlu melihat beberapa koperasi yang maju di berbagai negara lain, itu patut untuk kita tiru. Tetapi kuncinya tetap Koperasi yang survive adalah Koperasi yang menguasai market share. Jadi jangan dilupakan daya saing," pungkas Menko Airlangga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H