Mohon tunggu...
Wempie fauzi
Wempie fauzi Mohon Tunggu... Penulis - Bekas guru

Bekas gurru yang meminati sejarah serta politik

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Airlangga Hartarto Tentang Anak Muda dan Bonus Demografi Indonesia

25 Juli 2022   11:37 Diperbarui: 26 Juli 2022   18:05 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

  Tema Bonus Demografi sudah menjadi salah satu perhatian pemerintah Indonesia dalam dua dekade terakhir.   Karena berdasarkan proyeksi, pada tahun 2030 mendatang jumlah penduduk usia produktif Indonesia akan mencapai 64 persen dari total populasi . Sebuah kondisi dimana kesempatan tersebut hanya datang sekali dalam satu periode perjalanan sebuah bangsa yang pelaku utamanya adalah kelompok usia muda produktif dan secara otomatis akan menjadi pelaku bahkan penggerak mesin pertumbuhan.

Sehingga menjadi tugas pemerintah untuk memaksimalkan mereka yang jadi representasi generasi muda dari berbagai latar belakang tersebut melalui advokasi pemikiran, inovasi agar potensi yang dimiliki bisa menjadi maksimal. Jika potensi itu tidak dimanfaatkan secara tepat, keuntungan yang semestinya diperoleh bisa berbalik menjadi masalah bahkan menghambat perkembangan sebuah bangsa. Pada saat bersamaan, kesempatan tersebut beriringan dengan target pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals) atau SDGs PBB yang salah satunya menempatkan anak mudah sebagai aktor utamanya.

Dengan gambar rancang bangun yang saling beririsan tersebut, Indonesia yang pada tahun ini juga bertindak selaku Presidensi G20 mengkomodir potensi generasi muda yang kelak menjadi aktor penting itu dalam forum Youth 20 (Y20) dengan mengedepankan empat isu utama,  ketenagakerjaan pemuda, transformasi digital, planet yang berkelanjutan dan layak huni, serta keberagaman dan inklusi.   Keempat isu tersebut menurut Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menjadi tema penting karena secara siginifikant berkaitan dan memberi dampak langsung kepada kelompok usia muda se dunia.


Ketika berbicara saat closing Ceremony KTT Y20 Presidensi G20 Indonesia yang berakhir pada Jumat (22/7/2022) lalu itu, Airlangga Hartarto juga menyinggung kelompok lain yang juga hadir selaku pengamat resmi, mewakili masyarakat  yang sebelumnya kurang dapat perhatian, seperti  penyandang disabilitas, komunitas lokal dalam forum ini. Karena kehadiran mereka ditujukan untuk dapat mengakomodir berbagai suara dan kepentingan kelompok-kelompok minoritas, marjinal, maupun yang secara historis memiliki hambatan tersendiri.

Dalam pandangan Airlangga Hartarto yang juga Ketua Umum Partai Golkar ini, kehadiran mereka pada forum ini adalah komitmen lanjutan pemerintah Indonesia dalam apa yang selama ini sudah dijalankan. Karena dalam berbagai strategi dan perencanaan penyiapan bagi generasi muda menghadapi masa depan tersebut, khususnya ketika harus terjun dalam industri 4.0, pemerintah telah menyiapkan dana tidak kurang dari  Rp373 triliun. Dana yang antara lain diperuntukkan untuk bantuan  pembiayaan usaha melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan mempermudah persyaratan dalam mengakses bantuan pembiayaan KUR tersebut.

Tak cuma pendanaan untuk berusaha, Program Kartu Prakerja yang juga menjadi andalan pemerintah mengatasi kesulitan ekonomi masyarakat selama pandemi Covid-19, juga memberi akses dan pembiayaan terutama bagi generasi muda dalam peningkatan keterampilan. Peningkatan kemampuan dan keterampilan yang pada gilirannya akan membuat daya saing mereka bisa meningkat serta kompetitif di dunia kerja. Pemerintah sendiri meyakini dari total 12,8 juta penerima bantuan program Kartu Prakerja tersebut, mayoritasnya adalah anak mudah.
 
Pada akhirnya, dengan program yang telah dirancang pemerintah dan dijalankan oleh para pemuda pelaku bonus demografi tersebut, pemerintah menitipkan harapan agar para generasi muda yang punya potensi tinggi ini adalah harapan terbesar dalam penciptaan lapangan pekerjaan yang inklusif serta berkelanjutan. Sehingga peran penting mereka dalam peningkatan kesejahteraan  itu diharapkan tak cuma bermanfaat untuk diri sendiri, namun juga diaktualisasikan dalam wujud partisipasi  aktif dalam proses politik dan pengambilan kebijakan di masa mendatang. "Karena selain menjadi pencipta pekerjaan sendiri,  mereka adalah penentu masa depan bangsa melalui partisipasi aktif dalam proses politik.
 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun