Jika berpergian dimalam hari dalam Kota Padang maupun keluar Kota Padang, Sumatera Barat akan menemukan fenomena baru kehidupan malam, dimana sepanjang perjalanan tersebut akan ditemukan gerombolan orang-orang yang sedang asik melihat tukang asah bantu membentuk batu cincin akik.
Apabila dibandingkan dengan keadaan dimalam-malam sebelumnya, fenomena ini sudah diluar kebiasaan prilaku warga Sumatra Barat, dimana sepanjang perjalanan yang dilalui sebelumnya perjalanan dimalam hari hanya akan menemukan keramaian orang melakukan pesta kawinan.
Atau para anak muda berkendaraan motor berkumpul sambil beristirahat dengan ngobrol-ngobrol sambil bercengkarama. Tapi itu yang terjadi saat ini dimana keramai pesta sudah pindah ketempat tukang asah batu akik.
Pertanyaanya, apakah keramaian tempat mengasah batu akik dimalam hari tersebut akibat faktor orang tersebut tidak punya waktu disiang hari untuk menonton mengasah batu akik, tapi apakah hanya punya waktu dimalam hari saja, jawabanya bisa dengan banyak variabel alaasan. Namu saat ini tetap jawabanya misterius jika tidak dilakukan penelitian.
Begitulah fenomena batu akik saat ini, dampak batu akik mampu menciptakan perubahan prilaku sosial masyarakat sangat besar. Laporan dari pedagang burung berkicau, mengatakan bahwa akibat batu akik ini menjadi trend baru ditengah sosial masyarakat mengakibatkan bisnis dan aktivitas pencita burung berkicau menurun drastis, yang dahulu penjualan burung berkicau untung besar, serta kegiatan perlombaan burung berkicaupun sering dilakukan dimana-mana, tapi sekarang semuanya berubah.
Batu akik memang menjadi trend baru dihati masyarakat, disetiap golongaan masyarakat baik kaya maupun misikin dipastikan menjadikan batu akik sebagai sarana bercengkrama dan bersosialisiasi untuk menyenangkan diri. Namun sampai sekarang belum ada penelitian akademis yang bisa menyimpulkan, apa sebenarnya yang terjadi dari fenomena boomingnya batu akiak ini dimasyarakat.
Banyak diskusi dan perdebatan ditengan pengamat sosial terhadap fenomena batu akik ini, ada yang berpendapat bahwa fenomena batu akik ini merupakan bentuk nyata suasana kehidupan masyarakat yang sedang galau, atau sedang strees melihat fenomena carut marut bangsa ini yang belum mampu membahagiakan masyarakat. Sehinga untuk menenangkan pikiran dan perasaan akhirnya masyarakat menjadikan batu akik menjadi hiburan dan kesenangan yang mampu menumbuhkan perasaan bahagia.
Apabila dilihat dari teori sebab-akibat, memang bisa disimpulkan bahwa analisa diatas bisa saja terjadi, maksutnya sekarang masyarakat lari dari kenyataan tekanan fisikis pemerintah atau tekanan suasana kepemimpinan bangsa buruk yang membuat masyarakat tidak nyaman dan tidak senang dengan keadaan negara ini.
Karena masyarakat lelah dihadapkan dengan tekanan kebijakan pemerintah tidak berpihak pada masyarakat, kepadaa wong cilik, pemerintah seenaknya menaikan harga BBM, menaikan tarif listrik, membiarkan kenaikan harga kebutuhan bahan pokok, dan lainya, sehingga mereka melarikan diri dari kenyata yang ada dengan memilih kesenangan dalam bentuk lain yaitu mahasa batu akik.
Fenomena batu akik ini jika diperhatikan seperti fenomena bola salju, yang artinya hari ini mungkin fenomena batu akik ini hanya sekedar hobby, atau mencari kesenangan dalam bentuk perlarian dari kenyataan negara yang tidak berpihak terhadap rakayat.
Tapi yakin kedepan bisa jadi fenomea batu akik ini akan melahirkan masyarakat yang reatif dan melakukan gugatan terhadap kebijakan pemerintah yang tidak berpihak pada masyarakat[].
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H