Alun takilek lah takalan, ikan takile di aie alah tahu jantan jo batinyo. Ini menjadi satu penilai khusus, demikian prinsip yang ditanamka nenek moyang dahulunya, artinya seorang pemimpin harus memiliki rasa empati dengan situasi dan kondisi yang dihadapi masyarakat. Sehingga apa yang menjadi keinginan dan harapan masyarakat mampu dia wujudkan dan salurkan dalam bentuk kebijakan dan tindakan nyata nantinya.
Pada dasarnnya masih banyak syara sosok pemimpin yang ideal diinginkan urang Minang untuk memimpin Minangkabau mendatang. Jika kreteria diatas bisa dipenuhi maka sosok pemimpin konstitusi tersebut sudah digolongkan ideal. Serta akan bisa mewujudkan nilai-nilai seperit dijelaskan dalam filosofi sosok penghulu di Minangkabau ibarat kayu gadang ditangah koto, ureknyo tampek baselo, dahanyo tampek bagantuang, daunnyo tampek balinduang, tampek balinduang kapanehan tanpek bataduah kahujanan, batangnyo tampek basanda, kapai tampek batanyo kapulang tampek babarito, pusek jalo pumpunan ikan, hukum adil, bakato bana.
Tulisan ini mencoba mengajak para generasi androi/generasi Minang yang lahir paska reformasi bisa memahami sosok pemimpin Minang yang akan dipilih dalam PILKADA nanti. Pilihan mereka harus berdasarkan standar yang sudah dijelaskan diatas.
Apabila mekanisme ideal telah dilakukan, maka diasumsikan kedepan pemimpin yang lahir memang pemimpin ninik mamak seperti yang diinginkan oleh tatanan adat istiadat Minang lama yaitu sosok pemimpin yang memiliki kepribadian sempurna dengan landasan nilai-nilai adat basandi syarak-syarak basandi kitabullah (ABS-SBK).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H