Kenyataannya pagi itu BT melangkahkan kaki ke Stasiun Kemayoran, naeg KRD ke Purwakarta, terus ke Kiara Condong. Nah di Bandung ini BT dapet sms dari adiknya tentang keadaan di rumah. Setelah menginap semalaman untuk mikir di sebuah mesjidnya Orang Padang deket stasiun tersebut bersama sejumlah tuna wisama, BT akhirnya memutuskan untuk lebih baik pulang dulu dan menunda keinginannya untuk, baik ke Jawa, maupun hiking gelo di pantai selatan Jawa Barat. Kebetulan hingga hari itu ia belum juga mendapat informasi yang cukup memadai baginya untuk memulai start dari daerah mana dengan transportasi yang minim dana.
Untuk ke Cilacap sekalipun dia juga belum yakin harus ganti kereta dimana dan bahkan bagusnya naeg kereta yang mana dan apakah ada KRD juga hingga sana. Padahal targetnya adalah menjajal dari selatan Garut terus ke barat hingga Sukabumi. Tanpa peta; cuman modal pernah lihat dari Google Maps daerah-daerah seperti Cidaun, Bungbulang, dan seterusnya. Padahal niat BT bagus juga ingin menghafal Quran sepanjang perjalanan tersebut dan sepertinya sampai saat ini belum juga bisa dilaksanakeun; pantes aja BT belum diijinkan ku Gusti buat mampus aza dan menyelamatkan diri dari dunia yang memuakkan tapi lucu ini serta networkingnya Jaringan Alwahn Laknatullah dengan empat sifat kemunaannya: Tamak, Licik, Dengki, Bunglon.
Sebetulnya BT juga sangat sangat pengen eksperimen menggelandang total di Jakarta dan atau kota lainnya untuk kemudian "ribut" sama Satpol PP dan menikmati "seni"-nya. Namun karena prioritas adalah rencana hiking ke hutan pantai selatan tersebut jadilah ia sudah terlanjur mengambil cukup banyak duit modal hidup di desa dari ATM. Dan cukup beresiko berkeliaran di koto-koto dengan uang kes buaaaanyak di dompet. Dengan pertimbangan itulah BT menghindarin rencana pulang ngetengnya dengan jalur ke Jakarta dulu, terus naik kereta ke Merak, baru nyegat bis ke Padang. Oh ya tambah pula bawaannya cukup banyak yang sewaktu check in di Cengkareng katanya sampai 9 kilo berat kerelnya yang padahal sudah dikurang-kurangin di Kiara Condong. Tambah lagi kebetulan ia terlambat beberapa menit untuk naik KRD ekonomis banget tujuan Purwakarta itu dan kudu nunggu berjam-jam lagi. Tambahhhh pula stasiun itu cukup dekat dengan BSM tempat bis yang ia tahu lebih murah untuk ke Cengkareng dibanding nge-nravel.
Singkat kata balik lagilah BT dengan naeg bis ke Jakarta terus ke Bandara. Dan ia beli tiketnya disana aja berharap bisa dapet murah juga. Kalo kemahalan ia sudah berencana untuk balik lagi aza ngemper di Jakarta hehe. Setelah nanya-nanya sana-sini beberapa kali akhirnya dapatlah ia untuk hari itu juga dengan standar harga yang sama dengan jikalo beli tiket promo jauh hari sebelumnya, baik lewat travel ataupun langsung di internet. Ada bahkan maskapai lain yang bisa sedikit lebih murah cuman harus nunggu besok dan nelpon dulu ke call centernya. BT pun akhirnya walau kere pulang naeg pesawat juga hari itu, berkebetulan duit udah terlanjur diambil dan untungnya tidak diambil orang lain semalam sebelumnya sewaktu nginap di emperan mesjid di Bandung. Di masjid deket Stasiun Kiara Condong ini sebuah tasnya sempat dimaling tengah malam saat semua terlelap bobo menjelang subuh namun bisa digagalkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H