Mohon tunggu...
Wemmy Al-Fadhli
Wemmy Al-Fadhli Mohon Tunggu... gembel -

Orang pintar mikir ribuan mil, jadi terasa berat. Saya gak pernah mikir karena cuma melangkah saja. Ngapain mikir kan cuma selangkah. (Bob Sadino)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Generasi Gaiyus Tamboenan (GiGiT)

16 Januari 2011   12:46 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:31 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagaimana pengaruhnya penyiaran tentang Gayus Tambunan ini di tengah masyarakat. Sebetulnya saya kurang suka menggunakan kalimat pertama yang normatif banget dan terlalu bersayap sebenarnya gini. Namun dengan metode berpikir (membaca) instan memang kesannya sekilas lebih fokus. Bandingkan dengan kata-kata di kalimat ke dua yang belum apa-apa sudah menyinggung saya. Songong banged, apalagi klu ngaku-ngaku sikap jujur. Basi!?

Ngemeng-ngemeng tentang kejujuran, saya atau aku atau kami agak tercenung juga mendengar pernyataan pencipta lagu Gayus terbaru yang sedang disorot saat diwawancara media barusan. Ia khawatir efek "kesuksesan" Gayus ini bagi santapan struktur nilai generasi muda Indonesia. Terlepas dari ia akting doang atau apalah. Yang, sekali lagi yang, penting substansi apa yang diomonginnya.

Dalam kesempatan lain kami juga mendengar seorang pakar psikologi-komunikasi-politik dari UI mengatakan bahwa karakter seperti Gayus "sang mualaf" ini sebetulnya ada dimana-mana. Cuma persoalannya belum mendapatkan kesempatan saja. Tidak ada yang unik, meski sempat ada dugaan Gayus seorang psikopat. Yang jelas tipe SuperGayus ini = cerdas culas seperti didoktrinin kebanyakan ustadz pemotivator seperti SuperMT yang dengan eneg sayup-sayup sedang saya dengar ini. Ya, seperti.

Karakter seperti ini sebetulnya sudah dari dulu dan akan sepanjang zaman. Namun dipikir-pikir memang di generasi saya yang masih dikisaran umur hampir sama dengan sohib Gayus, style macam gini memang mayoritas dan lumrah. Prinsipnya asal tidak ketahuan aja. Tentu mungkin saja ada yang masih baik atau bercita-cita untuk "baik" setelah bisa "sukses" dengan kemampuan mengenakan topeng. Namun lagi, yang lebih mengkhawatirkan saya adalah struktur nilai bagi generasi penerus yang masih anak-kanak atau yang menginjak remaja kini. Untuk generasi yang ini saya merasa bertanggung jawab sedikit bercerita kepada mereka tentang kebenaran dan kebohongan. Ya cerita tak habis-habis tentang praktik kemunaan. Ya, Nak..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun