"Bomb kills people around, but tv kills the whole generation." (Sekarsaripratiti)
kemudian dari sini gw akhirnya jadi mutusin untuk pulang saat itu. dan ternyata pas gw sampe di pangkalan angkot ke lumintu ternyata pada sudah engga ada. emang angkot ke papiko (padang pinggir kota) ini biasanya terakhir sekitar jam 5-an. dan sepertinya juga ada yang aneh waktu itu. dari jauh gw lihat ada sebuah yang nungguin gw tapi gw tolak karena kelihatannya udah penuh. tapi koq gw engga lihat kepergian angkot tersebut? apa gw saat itu buta warna lihat angkot yang lain? yang jelas pas nyampe persis di lokasi gw mendapati sudah tak ada angkot lagi. kemudian gw keluar ke arah m yamin. waktu itu gw masih dalam keadaan bimbang untuk melaksanakan salah satu lagi opsi rencana gw: jalan kaki hingga ke rumah (belasan hingga puluhan kilo ada kali ya). keinginan sih kuat tapi fisik gw sangat2 amat2 tidak mendukung. tambah lagi saat itu kota padang gelap gulita karena listrik padam total dimana2. gw tadinya pengen nyoba jalur lewat lubuk lintah atau marapalam lalu baru menyusuri bypass. tapi jalan malam dengan fisik drop di tengah keadaan darurat gini wah bisa2 gw dikira maling nantinya sama warga. kalo yang begini jadi masalah gw sendiri sih engga apa2. masalah besarnya buat gw justru kalo nanti keluarga sampe dibawa2. membantu sih engga, malah membuat tekanan hutang batin buat gw yang lama2 bisa sakit jiwa nih disini hehe.
di m yamin tempat pengkolan angkot lumintu aku duduk2 lagi di emperan toko sembari melepas lelah sambil memikirkan langkah berikutnya. seperti biasa aku bisa memikirkan banyak hal dan berbagai kemungkinan sehingga malah jadi sulit mengambil keputusan. bimbang bukan bambang. sembari berharap jua masih ada angkot lumintu yang masuk ke pangkalan. sempat waktu aku sedang duduk2 mampir seorang brimob senior yang sedang kehausan mencari minuman. hehe jangankan gw bisa berharap dapat makanan gratis di posko relawan muhammadiyah tadi, polisi saja yang sedang bekerja bisa kehausan dan kebingungan mencari minuman. beginilah keadaan darurat, sistem tak cukup sempurna bekerja, kacau. hingga maghrib angkot yang dimaksud engga juga muncul. aku pun balik dulu ke dalam, shalat di masjid yang dekat pangkalan angkot lumintu. ternyata disini air jalan dengan genset engga separah di taqwa.
selesai sholat gw akhirnya mutusin untuk pulang aza dengan angkot jurusan lubay. maka jalanlah aku ke arah bundaran air mancur yang tak ada air mancurnya itu. oya sebelum itu aku menyempatkan diri lagi jalan ke depan balai kota. mana tahu ada hal menarik yang bisa dilakukan daripada manyun di rumah. ya satu2nya sahabatku di rumah yakni tuan komputer sekarang untuk sementara yang entah sampai kapan tidak bisa dulu disentuh. semoga mendengar cerita ini anda bisa tersentuh hehe. waktu itu aku juga udah siap2 kalo perlu jalan kaki ke rumah juga ndak apa2. tapi saat itu kuputuskan untuk bagian jalan kakinya cukup dari tabing sampai dalam saja. sekitar paling 4-5 kilo ya lumayanlah buat olahraga. saat itu mungkin aku merasa fisikku udah mulai lumayan lagi. sekalian pula itu jadi ajang nostalgia buatku, masa2 sekolahan dulu yang pernah jalan kaki ke rumah. masa2 masih punya teman yang sekarang menjauh semua karena melihatnya awak sedang hidup di lumpur kemiskinan. sekalian pula menghindari ojek dan angkot ke dalam.
sehabis nonton tipi sebentar di mobil xl tadi dan menyaksikan warga kota padang yang hilir mudik dengan motor (karena rumahnya gelap gulita) sementara awak kemana2 jalan kaki gw balik ke bundaran air mancur tak berair dan menaikin angkot ke tabing. angkot ini tentunya lewat ke arah hotel ambacang yang terlihat ramai banget tapi engga belok kanan melainkan ke kiri diarahkan petugas yang mengatur berlalunya pelintas. nantinya untuk menuju veteran angkot ini kemudian keluar lewat a yani (tadinya gw berharap sekalian saja dia ke by pass atau minimal khatib biar gw bisa lihat pemandangan baru). lalu sampailah gw di tabing. sebelum jalan hingga rumah gw sempat shalat dulu di sebuah mushalla baru di sebuah komplek pertokoan baru disini. kebetulan mesjid yang lama agak hancur, maklum yang sholat disini sangat jarang. lalu berjalan kakilah aku ke rumah dengan menyempatkan tentunya beli aqua gelas biar ndak kekurangan cairan. lumayan aneh juga rasanya jalan kaki dengan keadaan lampu padam di sepanjang perjalanan. lalu sampailah relawan ganteng ini di rumah dalam keadaan teramat kelelahan sehingga bisa tidur nyenyak semalaman dan bahagia karena walau sangat kecil bisa berbuat sesuatu juga untuk menolong orang lain di hari itu semampunya dengan ikhlas tanpa perlu diketahui dan diingat orang2 sebab sangat sepelenya karena relawan ganteng ini yakin dan meng-hanya-kan amal perbuatannya ikhlas semata2 untuk diketahui oleh allah, tuhan semesata alam yang dicintainya dan akan terus berusaha dicintainya dengan ilmu dan ijtihad berdarah2 bukan dengan ikut2an kerumunan. oks salam cinta seorang individu dari tengah keramaian, caw.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H