Mohon tunggu...
David Welkinson
David Welkinson Mohon Tunggu... PNS -

Saya pelayan masyarakat dengan latar pendidikan S1 Ilmu Komunikasi. Saya lulusa Universitas Indonesia angkatan 2008.

Selanjutnya

Tutup

Politik

“Adoptasi” Sistem Asing dan Kemunduran Bangsa Indonesia

9 Oktober 2014   02:36 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:49 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Negara ini dibangun dengan cita-cita dan semangat yang sangat tinggi oleh para Founding Father Bangsa ini. Kemerdekataan tidak didapatkan dengan mudah, butuh perjuangan yang tidak lama dan pengorbanan yang tidak ternilai harganya. Bukan sekedar harta benda, namun nyawa menjadi taruhannya. Perjuangan panjang dan berat itu perlahan namun pasti akhirnya mulai membuahkan hasil. Puncaknya, 17 Agustus 69 tahun lalu, Soekarno Bapak Proklamator Bangsa ini membacakan teks proklamasi, yang menandai bebasnya bangsa ini dari segala bentuk penjajahan.

Setelah merdeka, bukan berarti bangsa ini bisalangsung berdiri dengan tegap, masih banyak rintangan dan halangan yang dihadapi para pendiri bangsa ini. Agresi meiliter belanda salah satunya. Walaupun sudah menyatakan kemerdekaan, belum sepenuhnya dunia Internasional menegakui kemerdekaan Bangsa Indonesia. Butuh usaha dan perjuangan panjang hingga akhirnya kemerdekaan kita di akui oleh dunia internasional. Beruntung pada masa itu kita memiliki soerang Founding Father bangsa yang multi talent, biliau sebagai pejuang tangguh, ahli strategi, orator yang ulung, negositor yang pandai, hingga tugas berat mencapai kemerdekaan Bangsa Indonesia bisa dijankannya dengan baik.

Bangsa ini merdeka dengan terhormat, dicapai dengan perjuangan yang menelan banyak pengorbanan. Setelah merdeka Bangsa ini menjadi bangsa yang begitu disegani oleh negara di dunia. Soekarno sebagai Presiden saat itu sangat piawai melakukan politik luar negeri untuk membuat Indonesia disegani oleh negera-negara lain.

Setelah 69 tahun merdeka, harusnya pencapaian Bangsa Indonesia sudah lebih bila dibandingkan dengan saat awal-awal kemerdekaan. Namun, kondisi yang kita hadapi saat ini adalah sebaliknya. Setelah 69 tahun merdeka Bangsa ini tidak kunjung menjadi Bangsa yang besar. Sebaliknya Indonesia kian tidak terpuruk, cenderung tidak bekembang bila dibandingkan dengan negara-negara tetangga.

Kondisi yang lebih para lagi, saat ini Indonesia tidak ubah seperti saat-saat penjajahan. Semua lini kehidupan kita tergantung pada pihak asing. Pengelolaan Sumber Daya Alam kita sebagian besar dikuasai asing. Produk-produk tekhnologi kita hamper semuanya diimpor dari luar negeri, bahkan hingga produk mainan anak-anakpun kita impor dari luar. Begitu juga dengan bahan pangan : beras, keledai, jagung, daging, buah-buahan, semuanya saat ini kita harus impor.

Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Lebih dari 250 juta penduduk Indonesia saat ini harus berjuang untuk menhadapi gempuran-gempuran serangan para penjajah. Indonesia telah dijajah oleh produk-produk dan jasa-jasa pihak asing. Mengapa hal ini bisa terjadi? Tentu hal tersebut menjadi pertanyaan yang harus kita jawab bila ingin lepas dari keaadan ini.

Menurut penulis jawaban atas pertanyaan besar tersebut adalah karena hilangya jati diri kita sebagai Bangsa Indonesia. Kebanggaan kita akan budaya asing telah membuat kita melupakan budaya bangsa kita sendiri. Sebagai akibatnya, kita selalu berpandangan budaya asing lebih baik, semua yang berasal dari luar negeri leih baik, lebih bagus. Kita semua berani mebayar mahal untuk mendapatkan produk yang diimpor dari luar negeri, membayar mahal untuk mengunakan jasa-jasa yang diberikan pihak asing, dan menganggap murah produk dalam negeri serta tidak menghargagai pekerja dalam negeri.

Semua system yang ada di bangsa ini diadopsi dari system yang dimiliki bangsa asing : mulai dari system pendidikan, kita selalu bangga apabila anak-anak kita bersekolah di sokalah bertaraf internasional. Sitem pemeruntahan, kita mengadopsi sitem pemerintahan Demokrasi yang digaung-gaungkan negara barat sebagai system pemerintahan terbaik, padahal tidak ada jaminan untuk itu semua. Sistem perekonomian, sistem perekonomian kita juga sangat dipengaruhi oleh sistem eknomi lebieral dari negara-negara barat.

Semua kita adopsi mentah-mentah dan dengan bangga kita terapkan sebagai sistem, lalu dipercaya sebagai sistem terbaik, dan yang lebih parah lagi kita seakan-akan merasa bangga setelah bisa menerapkan sistem dari luar negeri yang kita adopsi. Padahal, disadari atau tidak kita telah mengadaikan nasib Bangsa kita pada pihak asing. Dengan penerapan sistem-sistem yang kita adopsi dari negara asing, tanpa adaptasi dengan budaya dan kondisi bangsa kita, dalam jangka panjang kita telah mengantungkan leher bangsa ini pada pihak asing. Lambat laun kita akan mengalami ketergantungan kepada pihak asing (sekarang sudah terlihat).

Yang lebih mengenaskan lagi penerapan sistem yang kita adopsi dari pihak asing, telah menguntungkan pihak asing. Mereka menjadi lebih mudah untuk menguasai semua lini bangsa ini, mulai dari perekonomian, teknologi dan informasi, politik/pemerintahan, pendidikan, dll. Asing telah berhasil menanamkan persepsi kalau sistem yang mereka miliki adalah yang terbaik, dan memaksa kita untuk berkiblat kepada mereka.

Lihat saja, sistem penerimaan tenaga kerja di kantor dan lembaga yang kita miliki, standar dan syarat yang ditetapkan rata-rata selalu lebih menguntungkan para calon tenaga kerja luar negeri. Misalnya : dengan penetapan tofl bahasa inggris minimal 500, sedangkaan untuk tenaga kerja asing tidak kita wajibkan memiliki kemampuan bahasa Indonesia.

Saya selalu bertanya, mengapa kita harus mempersulit bangsa kita sendiri. Toh perushaan-perushaan tersebut berada di negara kita dan sebagaian besar karayawannya harusnya adalah oaring Indonesia. Lalu kenapa harus dipersyaratakan nilai toefl bahasa inggris yang begitu tinggi. Kalaupun ada karyawan dari perusahaan/instasi tersebut yang berasal dari luar negeri lalu menagapa bukan mereka saja yang harus menyesuaikan dengan bahasa kita. Toh kalau kita pergi ke luar negeri kiita yang harus menyesuaikan dengan bahasa local mereka.

Mengapa kita tidak bisa berdaulat di tanah kita sendiri? Mengapa kita tidak bisa melindungi kepentingan masyarakat kita sendiri? Dan mengapa semua sistem yang terbaik itu selalu diadopsi dari luar negeri. Bukankah diawal kemerdekaan bangsa ini bahkan kita sudah menjadi negara yang sangat disegani dan diperhitungan oleh negera lain. Lalu kepada sekarang kita menjadi tidak percaya diri dan sangat memuja-muja sistem dari pihak asing. Saya kira mulai dari sekarang kita harus berpikir ulang, setiap kebangaan kita dalam mengadopsi sistem dari bangsa asing dan menggunakan produk atau jasa dari bangsa asing maka dari setiap kebanggaan itu Bangsa ini telah berjalan mundur.

Kebanggaan kita terhadap produk : sistem, banrang, jasa dari pihak asing, telah membuai kita dengan berbagai kemudahan yang pada akhirnya menajdikan mental masyarakat kita menjadi mental konsumtif dan cenderung tidak kreatif. Pada akirnya masyarakat konsumtif dan tidak kretif akan menajdi sasaran empuk bagi bagi pihak asing. Kita akan menjadi tergantung pada mereka selamanya, akhirnya penjajahan dalam bentuk baru akan benar-benar menguasai bangsa ini.

Dan jika kita tidak menyadari hal ini semua dan mulai melakukan pembenahan. Mungkin saja suatu saat nanti anak cucu kita hanya akan mengatahui Banga Indonesia melalui buku-buku sejarah yang ada pada saat itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun