Mohon tunggu...
Welhelmus Moy
Welhelmus Moy Mohon Tunggu... Mahasiswa - Belajar Menulis

Memulai

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Perang Asimetris dan Dampak Generasi Muda Indonesia

27 Juni 2021   18:00 Diperbarui: 27 Juni 2021   18:13 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Oleh ; Welhelmus Moy
Dalam kurung waktu beberapa tahun terakir ini, kita selaku kaum mudah biasanya mendengar tentang suatu peperangan? Tentunya iya. Kita banyak menginterprestasikan persoalan kita pada pembantayaan, peperangan serta yang lebih parah lagi ialah kehancuran kota tempat peristiwa itu terjadi.

Peristiwa peperangan yang tidak hilang dalam ingatan kita ketika kita belajar dalam konteks sejarah tentang peristiwa perang dunia pertama dan perang dunia kedua yang sudah terkoptasi dalam pemikiran kita. 

Indonesia saat ini sebagai Negara yang baru merdeka 75 tahun, sudah tentunya masih membekas diingatan kita tentang peperangan merebut kedaulatan negara dari pihak-pihak penjajah kolonialisme Belanda, fasisme Japang dan beberapa Negara yang turut terlibat dalam proses penjajahan.


Peristiwa dalam sejarah untuk merebut kemerdekaan republik Indonesia merupakan bagian dari perjuangan kaum mudah dalam mengikrarkan sumpah pemuda, tepat pada tanggal  28 Oktober 1928. Saat itu kaum mudah dari seluruh Indonesia yakni jong Ambon, jong Selebes, jong Minahasa dan beberapa kaum muda di tingkat daerah yang menyatukan presepsi untuk bersama-sama berjuang merebut kemerdekaan Indonesia.


Usaha perjuangan merebut kemerdekaan Repoplik Indonesia, golongan masyarakat juga turut terlibat dalam menyatukan kekuatan untuk bersama-sama merebut kemerdekaan Republik Indonesia hingga pada tanggal 17 Agustus 1945.
Suasana berubah setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia berhasil dibacakan oleh Bung Soekarno dan Bung Hatta  yang dikumandanggkan melalui radio sebagai media informasi pada zaman itu

Suasana terharu, suasana gembira ikut terselemuti dalam setiap jiwah dan raga masyarakat pada waktu itu setelah berjuang dan akirnya sampai pada titik kemerdekaan.


Fase kehidupan selanjutnya setelah Indonesia merdeka, mulai tertata rapi di seluruh sistem kenegaraan serta proses pemeritahan dalam membagun seluruh potensi, baik secara sumber daya alam maupun sumber daya manusia yang mengalami penikatan taraf hidup  yang menjadi sesuatu yang esensial dan mutlak


Dewasa ini, terdapat  isu-isu strategis menyangkut dengan peperanggan. Tetapi bentuk dari peperanggan yang terjadi di era revolusi 4.0 ini berbeda dengan peperanggan sebelunya yang dimana bentuk peperanggan ini yang tidak membunuh  secara jasmani tetapi lewat cara ekonomi, politik, budaya dan terlebih lagi dalam sektoral kecanggihan teknologi, sehingga kita menjadi bangsa yang kaku dan apatis terhadap perubahan kecanggihan teknologi yang berkembang pesat di saat ini. 

Bahkan karakter masyarakat kususnya kaum mudah menjadi karakter individualistik serta nilai-nilai gotong-royong yang mulai pudar


Perang Asimetris adalah suatu bentuk peperanggan atau peristiwa yang terjadi tidak menggunakan senjata fisik, melainkan kekuatan dan ide-ide modern yang secara tidak langsung kita diperhadapkan dengan masalah penjajahan-penjajahan gaya baru yaitu penjajahan Neolibralisme, yang indikatornya bentuk penjajahan dibidang ekonomi, politik dan budaya.

Sementara itu dilihat dari latar belakang Indonesia yang terdiri dari 1340 suku bangsa yang berpotensi besar. Strategi adu domba yang dilakukan untuk membelah keutuhan bernegara dengan cara- cara asing yang dikembangkan di Negara Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun