"Pada musim panas (kemarau), desa kami kesulitan air bersih. Semua sumber air mulai kering, kalaupun ada, debitnya kecil. Kami susah sekali. Kebutuhan air cukup untuk minum atau masak. Kadang-kadang 2-3 hari tidak mandi". Keluh warga desa terpencil.
Apa yang disampaikan di atas menggambarkan beta ironisnya negeri ini. Negeri yang dikenal memiliki hutan tropis terbesar di dunia, namun kondisi saat ini sangat memprihatinkan terutama ketersediaan air Tanah.
Menariknya, ketika musim hujan Negeri ini sangat "kaya raya" dengan ketersediaan air, namun hanya sesaat saja air yang berlimpah itu hilang. Entah kemana. Bahkan, dimana-mana kita bisa menyasikan lautan danau menutupi pemukiman warga, bahkan menimbulkan korban yang tak pernah terduga.
Ini jelas semua ancaman. Suatu saat pasti kita akan kehabisan air, jika tidak pernah dipikirkan bagaimana mengatasinya dengan seefektif mungkin.
Dilain sisi, kebiasaan tebas bakar atau system pertanian tradisional yang "tidak" memikirkan keseimbangan ekosistem akan menambah rumitnya masalah yang kita hadapi. Belum lagi ulah para pemilik perusahaan yang "mungkin" tidak memenuhi syarat operasi terutama menjaga ekosistem alam, masih diijinkan oleh para pengambil keputusan.
Hari ini, tanggal 22 Maret ditetapkan sebagai Hari Air International. Dunia pun seolah-olah mengakui bahwa lambat laun, kita akan kehabisan sumber daya alam satu ini yang benar-benar sangat vital bagi manusia. keberpihakan dunia terhadap isu ini seakan-akan mengingatkan kita bahwa perubahan iklim (Climate Changes) yang sudah terjadi saat ini dan nantinya, akan sangat mengancam dunia dan isi.
Informasi terkini, bahwa diprediksi pada tahun 2015 akan terjadi kemarau yang cukup panjang. Implikasinya adalah ketersediaan air semakin berkurang. So, apakah pada solusi memberikan support air bersih melalui distribusi air ke masyarakat (mobil tangki air) adalah solusi yang tepat? jika tidak apa yang harus kita lakukan?
Kita perlu menyikapi isu ini secara serius, tidak sebatas ceremonial belaka atau sekedar diskusi sesaat saja, tetapi harus keluar dari cara-cara konvensional. Kepedulian kita akan menyelamatkan dunia dan anak-anak kita kelak nantinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H