Mohon tunggu...
Wekha Nathaniel
Wekha Nathaniel Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang Mahasiswa dari salah satu Univeristas di Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Krisis Kesehatan Migran di Amerika Serikat, Tantangan dan Implikasi terhadap Pembangunan Berkelanjutan Tahun 2023-2024

19 November 2024   23:03 Diperbarui: 20 November 2024   03:00 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Krisis Kesehatan Migran di Amerika Serikat: Tantangan dan Dampak pada Pembangunan Berkelanjutan

Migrasi internasional kini menjadi fenomena global yang mempengaruhi banyak negara, termasuk Amerika Serikat (AS), yang merupakan salah satu tujuan utama bagi migran. Pada 2023, jumlah populasi migran di AS mencapai 47,8 juta orang. 

Sementara harapan utama migran adalah kehidupan yang lebih baik dan aman, realitas di AS menunjukkan bahwa banyak dari mereka mengalami kesulitan dalam mengakses layanan kesehatan yang memadai. Kondisi ini menimbulkan tantangan besar, tidak hanya bagi para migran, tetapi juga bagi masyarakat AS secara kesluruhan, serta berimplikasi pada pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs).

Mengapa Kesehatan Migran Menjadi Isu Penting?

Masalah kesehatan migran adalah isu kompleks yang memiliki dampak luas pada pembangunan berkelanjutan. Menurut SDG 3, penting untuk memastikan hidup sehat dan mendukung kesejahteraan untuk semua usia, termasuk migran yang sering kali menghadapi risiko kesehatan lebih tinggi dibandingkan warga lokal. 

Tantangan kesehatan yang dialami migran tidak hanya terbatas pada masalah fisik, tetapi juga menyentuh aspek mental. Pengalaman traumatis selama perjalanan migrasi atau tekanan hidup di negara asing sering menyebabkan stres, kecemasan, dan bahkan gangguan stres pascatrauma (PTSD). Ketidakpastian status hukum dan ketakutan akan deportasi semakin memperburuk kondisi kesehatan mental mereka.

Selain itu, SDG 10 yang berfokus pada pengurangan ketimpangan di masyarakat, juga relevan dalam isu ini. Krisis kesehatan migran memperburuk ketimpangan dalam akses layanan kesehatan antara migran dan warga lokal. Hambatan ini menciptakan situasi di mana migran sering kali mengabaikan masalah kesehatan mereka, yang pada akhirnya memengaruhi kehidupan mereka dan lingkungan sekitar.

Hambatan Akses Kesehatan bagi Migran

Para migran di AS menghadapi berbagai hambatan dalam mengakses layanan kesehatan yang dibutuhkan. Bahasa menjadi salah satu kendala utama. Banyak migran yang tidak fasih berbahasa Inggris, yang menyebabkan kesulitan dalam berkomunikasi dengan tenaga medis. Ketidakmampuan untuk menjelaskan gejala atau memahami instruksi medis sering kali mengakibatkan kesalahan dalam diagnosis dan pengobatan.

Status hukum yang tidak pasti juga menciptakan tantangan besar. Banyak migran yang takut mencari perawatan medis karena khawatir akan deportasi atau penangkapan. Ketakutan ini membuat mereka menunda atau bahkan menghindari perawatan yang diperlukan, yang akhirnya memperburuk kondisi kesehatan mereka. Selain itu, biaya yang tinggi untuk layanan kesehatan di AS menjadi penghalang signifikan. 

Migran yang berasal dari latar belakang ekonomi lemah sering kali tidak memiliki asuransi kesehatan dan tidak mampu membayar biaya perawatan, sehingga memaksa mereka untuk mengabaikan kesehatan mereka.

Stigma dan diskriminasi dalam sistem kesehatan juga menjadi tantangan serius. Para migran sering kali menghadapi prasangka dan perlakuan yang tidak adil, membuat mereka merasa tidak diterima dan enggan mencari bantuan medis. Selain itu, stigma terkait kesehatan mental di beberapa komunitas migran juga menyebabkan banyak orang tidak berani mencari bantuan, meskipun mereka membutuhkannya. Semua faktor ini menciptakan hambatan yang kompleks, yang membutuhkan solusi menyeluruh.

Peran Sistem Kesehatan AS dalam Menangani Krisis

Sistem kesehatan AS sebenarnya memiliki beberapa program untuk membantu para migran. Salah satunya adalah Community Health Workers (CHWs) yang membantu migran dalam mengakses layanan kesehatan. CHWs berfungsi sebagai jembatan antara komunitas migran dan fasilitas kesehatan, membantu mereka memahami proses perawatan dan memberikan informasi yang relevan.

Selain itu, Medicaid dan Children's Health Insurance Program (CHIP) adalah program kesehatan yang penting untuk migran berpenghasilan rendah. Medicaid menyediakan asuransi kesehatan bagi keluarga berpendapatan rendah, sementara CHIP berfokus pada anak-anak dari keluarga yang tidak mampu membeli asuransi kesehatan. 

Meskipun program ini penting, penerapannya di berbagai negara bagian sering kali berbeda, sehingga menciptakan ketidakadilan dalam akses layanan kesehatan bagi migran.

Dampak Krisis Kesehatan Migran pada Pembangunan Berkelanjutan

Krisis kesehatan migran memiliki implikasi serius bagi upaya pencapaian SDGs di AS, khususnya SDG 3 dan SDG 10. Ketidakmampuan para migran untuk mengakses layanan kesehatan dasar menghambat pencapaian target kesehatan untuk semua. Ketidaksetaraan ini tidak hanya berdampak pada individu, tetapi juga pada masyarakat luas, karena migran yang tidak mendapatkan perawatan medis cenderung memiliki produktivitas rendah dan lebih rentan terhadap penyakit menular.

Selain itu, pembatasan pada Medicaid yang diakhiri pada Mei 2023 memperburuk situasi. Di bawah kebijakan ini, banyak migran kehilangan akses asuransi kesehatan melalui Medicaid karena tidak memenuhi syarat tertentu. Akibatnya, kesenjangan kesehatan antara migran dan penduduk lokal semakin melebar, menghambat pencapaian SDG 10 yang menargetkan pengurangan ketimpangan sosial.

Mencari Solusi untuk Masa Depan yang Lebih Inklusif

Dalam jangka panjang, krisis kesehatan migran dapat berdampak negatif pada ekonomi dan sosial AS. Beban ekonomi yang timbul dari meningkatnya kebutuhan perawatan kesehatan bagi migran yang tidak memiliki akses perawatan prventif memperberat anggaran kesehatan negara bagian dan federal. Krisis ini juga berisiko meningkatkan ketegangan sosial antara penduduk lokal dan migran, terutama di tengah kondisi ekonomi yang sulit. Jika ketidaksetaraan dalam akses kesehatan dibiarkan berlanjut, pencapaian pembangunan berkelanjutan akan menjadi semakin sulit.

Dibutuhkan kebijakan yang lebih inklusif untuk mengatasi tantangan ini. Pemerintah AS perlu memperluas program kesehatan yang menjangkau lebih banyak migran dan meningkatkan kesadaran di kalangan migran mengenai hak-hak mereka dalam akses kesehatan. 

Di sisi lain, kerjasama internasional dengan negara-negara asal migran juga diperlukan untuk memastikan para migran memiliki kondisi kesehatan yang lebih baik baik sebelum maupun setelah mereka tiba di negara tujuan.

Dengan langkah-langkah strategis, kolaborasi antara pemerintah, organisasi non-pemerintah, dan komunitas lokal, tantangan kesehatan yang dialami migran dapat ditangani dengan lebih efektif. Upaya ini tidak hanya mendukung pencapaian SDGs, tetapi juga menciptakan masyarakat yang lebih inklusif dan sejahtera di AS.

Referensi:

Geiger, A. (2024, September 27). What the data says about immigrants in the U.S. Pew Research Center. https://www.pewresearch.org/short-reads/2024/09/27/key-findings-about-us-immigrants/

Sasaran 3 | Departemen Urusan Ekonomi dan Sosial. (n.d.). https://sdgs.un.org/goals/goal3

Goal 10 | Department of Economic and Social Affairs. (n.d.). https://sdgs.un.org/goals/goal10

Garcini, L. M., Domenech Rodrguez, M. M., Mercado, A., Silva, M., Cadenas, G., Galvan, T., & Paris, M. (2023). Anti-immigration policy and mental health: Risk of distress and trauma among deferred action for childhood arrivals recipients in the United States. Psychological Trauma: Theory, Research, Practice, and Policy, 15(7), 1067.

Knowles, M., Crowley, A. P., Vasan, A., & Kangovi, S. (2023). Community health worker integration with and effectiveness in health care and public health in the United States. Annual review of public health, 44(1), 363-381.

The impact of COVID-19 on noncitizens and across the U.S. immigration. (2024, October 8). American Immigration Council. https://www.americanimmigrationcouncil.org/research/impact-covid-19-us-immigration-system.

Kusma, J. D., Raphael, J. L., Perrin, J. M., Hudak, M. L., Perrin, J. M., Chamberlain, L., Kusma, J. D., Moskowitz, W. B., Galbraith, A. A., Raphael, J. L., Turchi, R. M., Giardino, A. P., Chen, M., Wolynn, T., Glassberg, H., Patchias, E., Kim, S., Glier, S., Walter, D., . . . Wallace, N. (2023). Medicaid and the Children's Health Insurance Program: Optimization to promote equity in child and young adult health. PEDIATRICS, 152(5). https://doi.org/10.1542/peds.2023-064088

Sorongan, T. P. (1970, January 1). Krisis Baru Muncul di AS, New York Umumkan Keadaan Darurat. CNBC Indonesia. https://www.cnbcindonesia.com/news/20221010072131-4-378361/krisis-baru-muncul-di-as-new-york-umumkan-keadaan-darurat.

Recent U.S. Policies and their Impacts on the Health of Immigrant Populations | AcademyHealth. (2023, May 25). https://academyhealth.org/blog/2023-05/recent-us-policies-and-their-impacts-health-immigrant-populations.

Key facts on health coverage of immigrants | KFF. (2024, June 26). KFF. https://www.kff.org/racial-equity-and-health-policy/fact-sheet/key-facts-on-health-coverage-of-immigrants/.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun