ELEGI
KEMERDEKAAN
Â
Oleh Weinata Sairin
seorang anak esde
yang lugu
bertanya kepada
kakeknya tentang
kemerdekaan
ditengah hingarbingarnya
masyarakat merayakan hut kemerdekaan
dengan beragam perlombaan
ada panjat pinang
tarik tambang
balap karung
lomba makan kerupuk
lomba pidato
lomba baca puisi
lomba baca teks proklamasi
dan entah lomba apa lagi
yang mendemonstrasikan antusiasme
dan eforia
rakyat jelata
atas kemerdekaan negeri mereka
yang beratus tahun
terpanggang gosong
di perapian
kolonial
sang kakek
dengan tenang
dan lugas
menjelaskan tangkas
hakikat kemerdekaan
kemerdekaan sejati
terjadi
tatkala semua umat beragama
di negeri ini
bisa dengan khusuk beribadah menurut agamanya dan kepercayaannya
tanpa kuatir digeruduk oleh sekelompok orang
bahkan oleh oknum pejabat publik
yang ingin mempertahankan kursi kekuasaannya
tatkala setiap umat beragama
bisa
membangun rumah ibadahnya
tanpa menunggu imb
berpuluh tahun
dengan biaya yang mahal
dan berbelit-belit
kemerdekaan sejati
mewujud
tatkala
setiap orang bisa berbicara
apa saja
dalam
bingkai etika, moral, keberadaban
manusia beragama
tatkala negeri ini
aman dan nyaman
dari para begal, penipu, teroris, perdagangan orang, pedagang organ tubuh manusia, pedagang politik, pemimpi
dasar negara berbasis agama
kemerdekaan otentik terjadi
tatkala negeri ini
bebas dari nafsu serakah para koruptor
yang merampok apik uang negara
bebas dari syahwat liar guru agama dan
pemuja free sex
bebas dari diksi-diksi nirmakna : minoritas-mayoritas, agama resmi, sara
kemerdekaan sejati terjadi
tatkla 200 an juta warga bangsa ini hidup aman tenteram damai
sejahtera
dalam rumah besar Indonesia
tanpa hantu sara, diskriminasi, belenggu mayoritas minoritas
kemerdekaan sejati
terjadi
tatkala rasa keadilan masyarakat
mendapat ruang
dalam kehidupan praksis
anak esde yang lugu
kelu
takmampu menyeru
kita ternyata masih hidup
dalam pseudo
kemerdekaan
ia bergumam pelan.
Jakarta, 9 Agustus 2023/pk.9.25