HIDUP SEJATI
DILIMPAHI EMPATI
hidup manusia
sejak awal dicipta
memang bukan
untuk hidup sendiri
dan menyendiri
hidup mengisolasi
hidup abai
membangun relasi
sejak awal sejarahnya
manusia hidup
dalam relasi
membangun tali silaturahim
satu dengan yang lain
manusia sebagai makhluk sosial
hidup bersosialisasi
membangun koalisi
mewujudkan kolaborasi
agar hidup dijalani
dan dinikmati
sejalan
dengan imperatif ilahi
pada zaman baheula
saat-saat umat manusia mulai
membangun peradabannya
dimensi relasional
dan sosial
nyata dan mewujud
kemanusiaan manusia
terejawantah sempurna
tatkala mereka hidup dalam relasi
tidak introvert
dan hidup dalam
ketertutupan
dalam ghetto
yang pengap
dan sumpek
tatkala bencana
mendera umat manusia
gempa, banjir, gunung meletus
longsor
wabah
maka umat manusia saling topang menopang
berbagi beban
mewujudkan simpati dan empati
tanpa mempertimbangkan latarbelakang apapun juga
suku,agama, ras, golongan
dan ikatan promordialistik lainnya
bantuan-bantuan bagi saudara-saudaraa keluarga besar umat manusia
nasional atau mondial
jauh dari niat penyiaran agama
namun sebagai
wujud praksis
dalam merefleksikan ajaran agama
tindakan tidak elegan
dan takelok menjadikan para korban bencana yang tengah dililit derita
dijadikan obyek
penyiaran agama dan atau ajang promosi apapun
kecuali sebagai wujud empati
antar manusia yang menganut berbagai agama
dan kepercayaan
hidup umat manusia yang beragama
semestinya hidup yang dilimpahi empati
empati bagi mereka yang tengah dililit derita
karena kemiskinan struktural
bencana alam
dan non alam
mereka yang terempas dan terkandas dipinggir-pinggir kehidupan
kita semua sudah dilimpahi berkat setiap pagi
setiap saat
oleh Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang
maka hidup kita harus menjadi berkat bagi orang lain
baik yang tertimpa bencana di Cianjur
maupun yang didera kesulitan
dibelahan dunia manapun!
kita sudah dan akan terus diberkati Tuhan
maka hidup kita
mestinya hidup yang menjadi berkat bagi orang lain
siapapun
dan dimanapun
itulah hidup sejati
hidup berlimpah empati!
Jakarta, 29 November 2022/pk.3.53
Weinata Sairin