MENJADI PENJALA
waktu aku masih kecil ayahku acap  mengajak aku menjala ikan
saat-saat libur sekolah
atau sesudah sekolah usai
seperempat jam dari rumah
kami tiba di tempat menjala
disitu ada semacam danau
kecil yang selama ini menjadi sumber air bagi banyak sawah-sawah diwilayah itu
tatkala kami tiba di lokasi sudah ada beberapa orang yang sedang
 menebarkan jala disitu
ayahku piawai dalam menetapkan dibagian-bagian mana di danau itu
yang banyak ikannya
ayah acap mendapat ikan sepat, gabus atau lele
kami semua gembira
ibuku mengolah hasil menjala itu dengan sukacita
maka jadilah sayur gabus pucung
dan pecak lele
yang diolah ibu
sementara aku sendiri yang
takbegitu suka
akan ikan-ikan itu
ibu menyiapkan telur ceplok istimewa untukku
ayahku pandai memperbaiki jala yang rusak
juga mahir menggunakan berbagai alat penangkap ikan yang lain
jika hujan turun amat lebat
banyak sekali empang penduduk yang airnya meluap
dan ikan-ikan di empang itu pindah dan mijah ke beberapa tempat disekitarnya termasuk ke danau itu
saat-saat seperti itu banyak sekali
orang yang menjala di danau
dan memperoleh banyak sekali ikan
amat menarik
di zaman Yesus
Ia merekrut murid-muridnya
dari latarbelakang
penjala ikan
dalam pemikiran
Yesus secara umum menjala ikan dan menjala orang
memiliki banyak titik kesamaan
titik perbedaaan terletak pada pendekatan, cara dan bentuk serta tujuan akhir
dalam aktivitas menjala ikan tujuan akhir adalah penjala
menikmati ikan-ikan yang dijalanya dengan sukacita
dan bisa menambah nafsu makan
dalam menjala orang tujuan akhirnya adalah sukacita Tuhan karena ada orang yang sedia hidup dalam bingkai keselamatan abadi yang Tuhan sediakan.
Jakarta, 5 September 2022/pk.5.45
Weinata Sairin
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H