Mohon tunggu...
Weinata Sairin
Weinata Sairin Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Teologi dan Aktivis Dialog Kerukunan

Belajar Teologia secara mendalam dan menjadi Pendeta, serta sangat intens menjadi aktivis dialog kerukunan umat beragama

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mewaspadai Kematian

20 Mei 2022   06:00 Diperbarui: 20 Mei 2022   06:06 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
TPU | sumber: beritajakarta.id

Para tokoh masyarakat, pendidik, politisi, ataupun pejabat publik kita harapkan dapat memberikan keteladanan hidup yang signifikan, terutama bagi generasi muda kita, yang secara teoretik durasi hidupnya masih relatif lebih lama ketimbang para warga yang kini sudah berusia lanjut, pasca 50. Kejujuran, kebaikan hati, apresiasi terhadap keberagaman harus bisa kita wujudkan
dalam kenyataan praktis.

Cerita-cerita tentang kebaikan hati dan kejujuran bisa kita gali dari banyak pengalaman di berbagai tempat. Kisah tentang kejujuran dari zaman baheula berikut ini bisa menjadi inspirasi untuk kita di abad modern ini.

Dr. Tobias Smollett (1721--1771), seorang dokter yang juga penyair dan penulis, suatu hari tergerak memberikan sedekah kepada seorang pengemis yang mendekatinya di sebuah restoran. Oleh karena sedang terburu-buru maka yang diberikan Pak Smollett kepada pengemis itu bukanlah uang melainkan sebutir mutiara. 

Pengemis miskin itu baru sadar ketika kemudian melihat bahwa benda itu amat mahal dan ia merasa tak layak menerimanya. Ia kemudian berupaya mencari dr. Smollett untuk mengembalikan benda itu.

Untunglah ia masih berhasil bertemu dengan dermawan itu. Namun, dr. Smollett ternyata bukan hanya menolak pengembalian mutiara itu, malahan memberikan lagi sebutir mutiara kepada sang pengemis sambil berkata: "Betapa jujurnya kamu ini!"

Pepatah yang kita kutip di awal bagian ini mengingatkan agar kita hidup dengan selalu "waspada akan kematian"! Waspada artinya siuman, sadar, dalam kondisi siaga, stand by; kondisi "on call" tidak tenggelam dalam kerutinan dan kekinian, eling dan ingat bahwa hidup ini temporer dan kematian dipastikan bisa datang kapan saja.tanpa jadwal waktu yang jelas. 

Waspada tidak hanya menghitung waktu, menjaga kesehatan. Waspada artinya juga "memelihara iman", menjauhkan diri dari berbagai perbuatan yang melawan hukum dan melanggar ajaran agama; tidak melakukan perbuatan suap, korupsi, diskriminasi, melanggar HAM, meneror, membunuh, melakukan tindak kriminal, dan melakukan ujaran kebencian, menabur roh rasialistik dalam berbagai pidato, intervensi terhadap ajaran agama atasnama kekuasaan, dan berbagai tindak kejahatan lainnya. 

Berbuat baik, bertobat, tobat nasuha, metanoia, beragama secara kafah lakukanlah dengan sadar dan kontinyu. Metanoia itu  harus dilakukan seseorang dalam hidupnya.

Kematian itu adalah sesuatu yang pasti, walau datangnya berbalut misteri.

Oleh karena kematian itu sebuah kepastian maka kita harus mempersiapkannya dengan baik. Kita harus makin mengasihi orang-orang yang ada disamping kita; kita harus makin tekun berdoa dan beribadah; kita harus membebaskan diri dari dendam sejarah dan hidup dalam pengampunan; kita harus menegaskan apakah kita akan di kremasi atau dimakamkan secara biasa; kita harus menetapkan pilihan dimakamkan di Menteng Pulo,Sandiego Hill, Tpu Pondok Kelapa, dan beberapa aspek teknis lainnya.

Kita tidak perlu takut dalam menyongsong kematian.Kita sesuai dengan ajaran agama adalah milik Allah. Kita akan kembali kepadaNya, memasuki keabadian dengan penuh sukacita!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun