MERAJUT KEHIDUPAN YANG SALING MEMAAFKAN
pagi subuh bulan suci ramadan
adalah pagi sepi khusuk yang memukau
pagi subuh bulan ramadan
adalah pagi penuh karunia dan rahmat
dipagi bening seperti itu
lantunan ayat-ayat kitab suci
suara azan yang memanggil dari menara mesjid
suara-suara pengingat saat sahur
menyadarkan ulang kemakhlukan dan kefanaan
umat manusia
yang tengah berziarah
di ruang-ruang sejarah
penuhpeluh
berbalut lelah
kini umat sedang menuju penghujung
bulan suci ramadan
kita semua tengah menyongsong
hari penuh sukacita
hari raya idulfitri
hari raya ini mengedepankan citra manusia baru yang telah menang
dan kembali ke hakikatnya yang semula
yang fitri
suci ,putih
bersih dari dosa
manusia yang suci
kembali ke fitrah
adalah manusia yang cenderung untuk mewujudkan kebenaran
menampilkan manusia hanif
sosok yang lurus
umat yang berbondong-bondong dengan  perjuangan berat
melaksanakan mudik
tidaklah berhenti pada
makna sosiologis dan kultural
tapi juga sebuah akta teologis
bahwa umat yang menang itu berkomitmen menguatkan silaturahim dengan orangtua dan keluarga mereka
yang hidup dan mengembangkan kampung
pada hari raya idul fitri umat dan masyarakat
saling maaf dan memaafkan mencipta dan
menuju relasi yang baru
yang sangat penting dibangun dalam sebuah komunitas bangsa yang majemuk
hidup yang saling memaafkan adalah identitas umat beriman
hidup yang saling memaafkan
harus mewujud setiap saat
dan tidak hanya
mewujud temporal
dan sesaat.
Jakarta, 30 April 2022/pk 3.20
Weinata Sairin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H