Mohon tunggu...
Weinata Sairin
Weinata Sairin Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Teologi dan Aktivis Dialog Kerukunan

Belajar Teologia secara mendalam dan menjadi Pendeta, serta sangat intens menjadi aktivis dialog kerukunan umat beragama

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Hujan Hujan Menghujani Bumi

16 Maret 2022   03:16 Diperbarui: 16 Maret 2022   03:23 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Banjir | sumber: viva.co.id

HUJAN HUJAN
MENGHUJANI BUMI

hujan turun deras sekali siang ini
air berhamburan
bagai ditumpahkan
dari sebuah drum besar
yang ada dilangit
air melimpah ruah keberbagai sudut jalan
dan kesetiap pelosok tempat
hujan dengan curahan deras seperti ini
biasanya berujung pada banjir

para pedagang kecil
yang berjualan di tenda-tenda
di depan supermarket
mengepak barang-barangnya takut ditelan banjir
mang aming yang berdagang bajigur dengan kacang rebus
juga membereskan
dagangannya
bersiap untuk pulang
istrinya mengontak lewat wa
genting-genting
di rumah kontrakkannya
banyak yang berjatuhan
di guncang angin kencang
dan rumah telah di genangi air

entah mengapa
hujan selalu mengusung begitu banyak
rasa waswas, cemas, kuatir dan bahkan takut
hujan acap menampilkan memori-memori sendu tentang
kehidupan
hujan selalu terasosiasi dengan banyak dampak ikutan yang berujung duka dan airmata :
banjir
hidup mengungsi di tenda sulit air minum, sulit tidur, anak-anak demam
pohon-pohon tua dan besar tumbang menimpa kendaraan, warung atau menimpa lansia papa
anak kecil hilang tergerus
banjir
dan banyak lagi
dampak ikutan
dari hujan yang menghujani kehidupan

tidak seperti buah-buahan
sawo, jambu, jeruk, kawista,
kueni, manggis
lobi-lobi, buni, kedondong
yang mengenal musim
hujan di zaman ini tidak mengenal musim
hujan datang kapan saja takkenal waktu
kadang hanya rintik-rintik
dan berlangsung sebentar saja
tapi bisa juga
hujan itu deras sekali
bercampur petir
yang menggelegar
dan kilat memancar kuat
dan berlangsung
lama
pada titik ini
hujan mendistorsi
agenda-agenda yang sudah ditetapkan kaum milenial

Tuhan kami amat sadar bahwa air hujan dibutuhkan
manusia
makhluk serta isi bumi yang telah Engkau cipta
hujan bisa menjadi salahsatu caraMu untuk menghidupkan
ciptaanMu
kami mohon
agar air hujan
yang rintik-rintik
atau yang deras
tidak menyakiti umat manusia
tidak menjadi persoalan baru
tidak di goreng
dalam kuali politik
dalam kelelahan kami melawan corona dan hopeng-hopengnya
dekap kami semua dalam KasihMu yang hangat yang selalu menguatkan
dan mengalirkan pengharapan masadepan.

Jakarta, 15 Maret 2022/15.24
Weinata Sairin

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun