Mohon tunggu...
Weinata Sairin
Weinata Sairin Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Teologi dan Aktivis Dialog Kerukunan

Belajar Teologia secara mendalam dan menjadi Pendeta, serta sangat intens menjadi aktivis dialog kerukunan umat beragama

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Hujan Sore-sore

11 Januari 2022   19:00 Diperbarui: 11 Januari 2022   19:01 462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

HUJAN SORE SORE

hujan lebat mengguyur bumi sore ini
hujan sore hari
memang bisa mengalirkan beragam rasa
dalam diri banyak orang
ada sepenggal romantisme masa silam
ada juga pengalaman traumatik
berjalan berlimpah beban di  lorong
kekelaman

lagu maluku yang konon penciptanya anonim amat terkenal dan enak dinyanyikan sore-sore
tatkala hujan menyiram bumi
dan ada kilat
sekilas menerangi langit
"waktu hujan sore-sore
kilat sambar pohon kenari..."
walau awal lagu itu berkisah tentang kilat yang menyambar pohon kenari
tapi lagu berirama riang itu berkisah tentang sebuah pesta dansa
yang meriah
dengan menggunakan
hujan sore-sore sebagai latar

kisah-kisah sedih seputar hujan memang acap kita baca
kita dengar bahkan mungkin pernah kita alami
ada kisah kilat menyambar seseorang dan ia mati seketika
ada kilat menyambar pohon kelapa
ada juga menyambar pohon durian
ada juga kilat
menyambar atap rumah
pencipta lagu dari maluku
mencipta lagu
" waktu hujan sore-sore"
mungkin karena ia melihat ada keterikatan alur
dan suasana romantisme antara hujan yang jatuh menikam bumi sore-sore dengan pemuda pemudi
jojaro dan mongare
yang sudah
parlente
berdansa ria di sebuah pesta
senja hari

hujan sore-sore
hari ini
dan berlangsung nyaris setiap waktu
selalu mengusung
kisah-kisah masa silam
yang amazing
dan menyukacitakan
hujan harus kita maknai sebagai berkat ilahi
bahwa hujan
mengakibatkan
banjir
rumah terendam
longsor
dan sebagainya
itu faktor manusia
ia gagal memahami
soal ekologi
takpiawai mengelola sda
ia terpenjara pada nafsu kerakusan
melupakan hakikat kefanaannya
hujan sore-sore
semestinya
menyadarkan seluruh umat manusia
untuk kembali
bersandar kepada Allah
beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa.

Jakarta, 11 Januari 2022/pk.17.22

Weinata Sairin

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun