KEMAJEMUKAN:DIRAWAT DIPERKUAT
negeri ini bukanlah sebuah negeri
yang penduduknya
tunggal dan manunggal
penduduknya hanya ada satu suku
satu agama
satu tradisi kultural
satu golongan
satu ras
negeri ini adalah
sebuah negeri
maha kaya
sumber daya alamnya
negeri yang majemuk
dari segi suku
agama ras
dan antar golongan
suasana kemajemukan
sejatinya telah memancar mulai dari
rumahtangga
kita masing-masing
kita dan pasangan kita
adalah pasangan yang
datang dari berbagai latarbelakang yang berbedabeda
bisa berbeda suku
agama
kewarganegaraan
ideologi
tradisi budaya
pendidikan
talenta
hobby
yang dalam pengalaman empirik
sewaktuwaktu bisa meledak
pada saat rumah tangga mengalami krisis
dan kita takmampu mengelolanya dengan baik
kita memerlukan waktu satu hingga dua tahun untuk bisa beradaptasi terhadap adanya keberbedaan yang membalut
lembaga pernikahan kita
walaupun sebelum menikah kita mengikuti program bina nikah beberapa bulan
agar pernikahan kita solid dan teguhkukuh
dalam berhadapan
dengan dinamika dunia sekuler
pasangan suami isteri ada juga yang tidak berhasil dalam melakukan proses adaptasi
yang berujung
pada perceraian
mengelola kemajemukan dalam kehidupan membangsa dan menegara
lebih rumit dibanding dengan apa yang dilakukan
dalam sebuah rumahtangga
dalam kehidupan bangsa selain
dibutuhkan instrumen hukum
sanksi yang tegas jika terjadi pelanggaran hukum
dibutuhkan juga
sikap obyektif penyelenggara negara
saling apresiasi dan respek antar entitas yang ada
setiap entitas
tidak berada pada sikap egoistis, ekklusif triumpalistik
yang berpotensi
merusak persatuan bangsa
nkri adalah negeri yang amat majemuk
kita syukuri realitas ini sebagai warisan berharga dari
the founding fathers bangsa
kita mesti terus berjuang agar kemajemukan
bangsa
tetap mampu mempertahankan persatuan bangsa.
Jakarta, 2 Desember 2021/pk.11.39
Weinata Sairin
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H